LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Shalam NTT: Alam Tidak Bisa Bela Diri Sendiri - Leko NTT

Shalam NTT: Alam Tidak Bisa Bela Diri Sendiri


Kupang, LekoNTT.com - Komunitas Sahabat Alam NTT (Shalam NTT), Mapala Universitas Muhammadyah Kupang dan puluhan mahasiswa dari FKM Universitas Nusa Cendana Kupang, memperingati Hari Habitat Sedunia, 6 Oktober. Kegiatan ini dilaksanakan di Ekowisata Mangrove, Kelurahan Oesapa Barat, Kota Kupang pada Senin (6/10/2019).

Kegiatan yang bertemakan “Karena Alam Tidak Bisa Membela Dirinya Sendiri” ini, dimulai dengan aksi pembersihan pantai di sekitar wilayah mangrove. Peserta yang hadir dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama bertugas memungut sampah dari titik tengah lokasi wisata menuju ke arah barat, sedangkan kelompok kedua menuju ke arah timur.


Guadiano Cole, selaku anggota bidang kampanye Shalam NTT kepada LekoNTT.com membeberkan jenis sampah yang ada di sekitar pantai. “Sampah yang berserakan di sepanjang bibir pantai lokasi wisata paling banyak merupakan jenis sampah plastik, yang lebih banyak berasal dari laut dan terbawa arus hinnga menepi ke bibir pantai.”

Selain membersihkan sampah, anggota Shalam NTT bersama mahasiswa yang terlibat juga menanam bibit mangrove di lokasi wisata. Bibit tersebut diperoleh dari petani mangrove setempat.

“Mangrove memliki manfaat yang sangat banyak untuk keberlangsungan ekosistem, secara fisik mangrove berfungsi sebagai penahan abrasi laut, secara biologis mangrove berfungsi sebagai tempat perkembangbiakan biota laut dan masih banyak lagi fungsi lainnya,” tegas Uyan Purnawa, Kepala Bidang Konservasi Shalam NTT.


Usai aktivitas tersebut, dilanjutkan dengan diskusi tentang persoalan sampah yang ada di Kota Kupang (Baomong Isu Sampah). Materi pertama tentang pengelolaan sampah yang dibawakan oleh Ibnu Rifai selaku ketua Shalam NTT.

Menurut Rifai, persoalan sampah merupakan persoalan nasional sehingga setiap unsur atau elemen masyarakat patut terlibat aktif dalam pengelolaan sampah, sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

“Dalam pengelolaan sampah kita dapat memulainya dengan hal-hal sederhana, masing-masing dari kita seharusnya sudah bisa memilah sampah sesuai kategorinya agar kita bisa mengelolanya dengan baik. Banyak sekali inovasi yang dapat kita buat dari sampah plastik, misalnya ekobrik yang terbuat dari botol plastik dan bungkusan-bungkusan snack.”


Lebih lanjut ia menjelaskan, ekobrik ini dapat dirangkai menjadi kursi ataupun meja. Selain itu, sampah berupa bungkusan kopi sachet bisa dijadikan kerajinan tangan berupa tas dan tikar. Ia juga menegaskan, dalam mengatasi persoalan sampah harusnya setiap orang bisa mengurangi produktifitas sampah per hari, dengan membawa tas kain atau keranjang saat berbelanja.

“Saat ini produktivitas sampah di kota Kupang mencapai 250 ton per hari. Ini membuktikan bahwa pemerintah masih gagal dalam mengatasi persoalan sampah.”

Materi kedua tentang penyakit yang ditimbulkan oleh sumber sampah dan pemrosesan sampah, dibawakan oleh Eduard L. Fasius, Wakil Bidang Kampanye Shalam NTT. Eduard dalam pemaparannya, menyampaika sebab dan akibat dari adanya sampah.

”Sampah bersumber dari alam itu sendiri dan aktivitas makhluk hidup. Ironisnya sampah tersebut jika tidak dikelola baik, hasil dari proses pengelolaannya dapat mencemari lingkungan sekitar dan menyebabkan munculnya penyakit menular dan tidak menular.’’


Tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai wujud nyata upaya pelestarian dan penyelamatan lingkungan serta meningkatkan kualitas ekosistem mangrove, payau, dan laut sebagai tempat atau habitat bagi makhluk hidup. Ada harapan, dengan adanya kegiatan seperti ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan mampu memberi wawasan lingkungan dan ekologis kepada pemuda, mahasiswa dan siapa saja agar menjadi penggerak dalam menjaga kelestarian lingkungan. (red)

Foto: Shalam NTT


Related Posts:

0 Response to "Shalam NTT: Alam Tidak Bisa Bela Diri Sendiri"

Posting Komentar