LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Korban Pelecehan Seksual oleh Uskup Belo Penerima Nobel Perdamaian, Angkat Bicara - Leko NTT

Korban Pelecehan Seksual oleh Uskup Belo Penerima Nobel Perdamaian, Angkat Bicara

Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo saat memimpin misa di Dili, 8 Oktober 1999. Foto ©Jason Reed / Reuters

Peringatan: Artikel ini mengandung cerita para korban pelecehan seksual di Gereja. Hubungi kami di leko.ntt@gmail.com jika anda membutuhkan konsultasi terkait pelecehan seksual oleh kaum tertahbis.

LEKO NTT - Dua orang laki-laki, Paulo dan Roberto (bukan nama sebenarnya) mengaku telah mengalami pelecehan seksual oleh Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo, saat mereka masih remaja.

“Uskup Belo mengundang saya untuk datang ke tempatnya,” kenang Paulo, seperti dikutip dari sebuah majalah Belanda, De Groene Amsterdammer, Selasa(27/9/2022).  

Paulo mengaku masih berusia enam belas atau tujuh belas tahun, saat itu. Baginya, diundang oleh uskup Belo adalah suatu kehormatan. Uskup Belo dianggap pahlawan dan sangat dihormati oleh semua orang Timor Leste, sebab selalu berbicara atas nama rakyat Timor Leste saat penjajahan Indonesia.

Paulo pergi ke kediaman uskup Belo tanpa curiga. Sang uskup mengajaknya ke dalam kamar.

“Uskup Belo membuka celana saya, menyentuh saya, dan melakukan oral seks,” kata Paulo.

Paulo terkejut dan kebingungan. Pagi hari, sang uskup memberinya uang. Ia berlari pulang dengan ketakutan.

Apa yang disampaikan oleh Roberto tidak jauh berbeda. Saat ia berusia empat belas tahu, Uskup Belo datang ke kotanya. Ia diajak oleh Uskup Belo untuk datang ke biara tempatnya menginap. Karena hari telah malam, ia terpaksa menginap di situ.

“Malam itu saya diperkosa dan dilecehkan secara seksual oleh Uskup Belo. Pagi harinya ia memberi uang dan memintaku untuk datang lagi nanti,” aku Roberto.

Memberi Uang

Menurut para korban, uskup melakukan kejahatannya dengan iming-iming uang dan perhatian. Ia memanfaatkan kemiskinan anak-anak.

“Dia memberi makanan dan sangat baik kepada kami,” kata Paulo.

Paulo hanya mengalaminya satu kali. Tetapi Roberto mengalaminya berulang kali. Saat kunjungan Uskup Belo berikutnya, seseorang menjemput Roberto. Ia merasa diperhatikan. Ia kemudian pindah ke kota Dili. Peristiwa itu berlanjut di kediaman uskup di Dili.

Roberto juga sering melihat anak laki-laki lain yang dipanggil ke kamar, seperti dirinya. Roberto dan Paulo sama-sama mengatakan bahwa mereka melihat anak laki-laki sering diantar ke kediaman Uskup Belo dengan mobil.

“Dia memahami bahwa anak-anak itu membutuhkan uang,” kata Paulo. Saat itu Timor Leste sedang dilanda kelaparan dan krisis akibat peperangan untuk memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan Indonesia.

Lebih Banyak Korban

Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh majalah De Groene, terdapat lebih banyak korban pelecehan seksual oleh Uskup Belo. De Groene telah mewawancarai tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, politisi, pekerja LSM, orang-orang dari lingkungan Gereja, dan setidaknya sebagian besar dari mereka mengenal seorang korban, dan sebagian lain tahu tentang kasus itu. De Groene juga telah mewawancarai beberapa korban yang tidak ingin ceritanya dipublikasikan. Paulo dan Roberto sendiri mengenal beberapa korban lain.  

Pelecehan yang diceritakan oleh Paulo dan Roberto terjadi pada tahun 1990-an. Tetapi berdasarkan penelusuran De Groene, Belo telah melakukan pelecehan sejak tahun 1980-an, saat masih sebagai pastor kepala di seminari Salesian Don Bosco di Fatumaca.

Menutup Telepon

De Groene telah menghubungi Kardinal Timor Leste Virgilio Do Carmo Da Silva untuk mengonfirmasi kasus ini, tetapi hingga hasil investigasi diturunkan, kardinal belum memberikan jawaban. De Groene menghubungi Uskup Belo melalui telepon. Uskup Belo sempat mengangkatnya, tetapi tiba-tiba menutup kembali telepon.  

Ini adalah kaum tertahbis dan pejuang kemanusiaan kedua yang tersandung kasus pelecehan dan kekerasan seksual dalam Gereja Timor Leste. Sebelumnya, Richard Dasbach, seorang pastor yang mendirikan shelter untuk anak pengungsi, dihukum 12 tahun penjara karena kasus yang sama.

Untuk membaca laporan investigasi lengkap dari De Groene, kunjungi link berikut

Related Posts:

3 Responses to "Korban Pelecehan Seksual oleh Uskup Belo Penerima Nobel Perdamaian, Angkat Bicara"

  1. Memang di satu sisi kita agak berat hadapi ini berita tapi di satu sisi Gereja mesti digubah sebaik mungkin

    BalasHapus
  2. Uskup atau pastor yg buat begini sebaikx tngkap trus kasi patah kaki dan tangnanx bru potong tolo/kontolx

    BalasHapus