Dukungan untuk Politani Kupang
“Sederhananya di Politani Kupang, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berbasis praktikum banyak pula yang dilakukan di dalam ruangan tertutup (Lab) yang tentunya apabila tidak patuh menjalankan protokol kesehatan secara ketat, kemungkinan penyebaran virus ini akan terjadi lebih tinggi”, ujar Ir. Thomas Lapenangga, MS, Direktur Politani Kupang yang mendukung penuh program tes massal ini.
“Dengan metode surveillance seperti ini, kita dapat melakukan contact tracing secara lebih terarah di lingkungan kampus, apakah infeksi bersumber dari dalam lingkungan kampus ataukah dari luar kampus (misalnya dari rumah, kos, dan sebagainya), sosialisasi kepada mahasiswa akan terus kami lakukan untuk patuh menjalankan 3M meskipun berada di luar lingkungan kampus seperti di kos atau di rumah,” ujarnya. Meskipun mereka mengakui tidak mudah mengajak para mahasiswa untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan di luar kampus, ia meyakini bahwa usaha untuk mendidik tetap perlu dikerjakan.
Kegiatan swab massal merupakan upaya Perguruan Tinggi (PT) untuk mempersiapkan diri memulai kegiatan belajar-mengajar (KBM) secara offline, atau peralihan dari metode online yang dilakukan semasa pandemi. Hal ini tentunya sangat penting mengingat Politani Kupang merupakan institusi vokasi. Hal ini berarti institusi lebih menekankan pada penguatan keterampilan melalui kegiatan praktikum yang tentunya akan lebih optimal bila dilakukan secara luring tersebut. Kampus Politani adalah kampus politeknik, tidak mungkin semua kuliah dijalankan online, sebab praktek lapangan, uji coba di laboratorium jelas butuh aktivitas offline.
Pada kesempatan ini juga telah dilakukan dialog antara pimpinan Politani Kupang dan Lab Biokesmas Provinsi NTT terkait rencana ke depan untuk dilakukannya metode pengawasan (surveillance) secara periodik dan menjadikan Politani Kupang sebagai perguruan tinggi model. Upaya pemulihan aktivitas publik khususnya di sektor pendidikan tinggi dengan standar biosecurity terpadu ini akan dibahas lebih lanjut oleh kedua lembaga.
Lab Biokesmas Provinsi NTT Siap Dukung Upaya Pengawasan
“Metode preventif yang paling efektif butuh 3 unsur secara menyeluruh ada tiga yakni: pengawasan (surveillance), tes massal dengan screening pool-testing, dan Program Vaksinasi,” ujar Kepala Lab BioKesMas , Fainmarinat S. Inabuy, Ph.D yang turut hadir dan memberikan penjelasan sebelum tes massal dilakukan. Ia berharap upaya ini menjadi terobosan di sektor pendidikan.
Metode surveillance yang didesain oleh Lab Biokesmas Provinsi NTT dimulai dengan menentukan komunitas kecil di lingkup Perguruan Tinggi, seperti di tingkat Program Studi (Prodi) yang kemudian akan diberlakukan protokol kesehatan (prokes) ketat selama KBM dalam periode waktu kurang lebih enam bulan.
“Kami berharap agar upaya ini menjadi referensi bersama bagi institusi pendidikan tinggi lainnya untuk memberlakukan pendekatan yang sama dalam menjalankan KBM di institusinya masing-masing,” ujar Fainmarinat Inabuy, menutup perbincangan.