LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Siapa yang Harus Disalahkan Jika Kemalangan Menimpa Orang Baik? | Etgar Keret - Leko NTT

Siapa yang Harus Disalahkan Jika Kemalangan Menimpa Orang Baik? | Etgar Keret

"Ketika penulis mengarang cerita, ia bertindak seperti Tuhan. Ia bisa saja mendatangkan kebinasaan."

Etgar Keret
Lelaki kurus itu ambruk di lantai kafe. Perutnya sakit, jauh lebih sakit daripada yang pernah ia bayangkan. Tubuhnya mengejang-ngejang di luar kehendaknya. “Sepertinya, inilah yang akan terjadi jika kau mau mati,” ia berpikir. “Tapi itu tidak boleh terjadi. Saya masih terlalu muda, dan sungguh memalukan jika saya mati dalam keadaan begini, memakai celana pendek dan sandal kodok, di lantai sebuah kafe yang dulunya sempat hits tapi sekarang tinggal cerita.” Laki-laki itu membuka mulutnya untuk berteriak meminta pertolongan, tetapi tidak ada cukup udara dalam paru-parunya untuk menghasilkan teriakan. Cerita ini bukan tentang dirinya.
Siapakah yang bersalah dalam kecelakaan itu? Foto: www.tabletmag.com
Pelayan kafe yang mendatangi laki-laki kurus itu bernama Galia. Ia tidak pernah ingin menjadi pelayan kafe. Ia selalu bercita-cita ingin menjadi guru. Namun menjadi guru tidak menghasilkan uang, dan menjadi pelayan kafe cukup menghasilkan. Tidak menghasilkan banyak memang, tetapi cukup untuk membayar sewa rumah dan beberapa kebutuhan lain. Tahun itu, ia mengambil kuliah ilmu pendidikan di Universitas Beit Berl. Begitu mulai kuliah, ia bekerja malam di kafe. Bahkan anjing pun tidak datang ke kafe pada malam hari, dan ia mendapatkan uang sedikit sekali, tetapi sekolah sangat penting untuknya. “Apakah anda baik-baik saja?” ia bertanya kepada laki-laki kurus di lantai itu. Ia tahu bahwa laki-laki itu tidak sedang baik-baik saja, tapi ia tetap bertanya, tanpa malu. Cerita ini juga bukan tentang dirinya.
“Saya sekarat,” laki-laki itu menjawab, “saya sekarat, tolong telepon ambulans.”
“Tak ada gunanya,” seorang lelaki botak berkulit gelap yang duduk sambil membaca rubrik ekonomi berkata. “Butuh kurang lebih satu jam agar ambulans tiba di sini. Mereka sedang berhemat. Mereka bekerja tanpa libur akhir pekan sekarang.” Sambil mengatakan itu pada sang perempuan, ia bangun dan mulai menggendong laki-laki kurus tadi, lalu menambahkan, “ Saya akan membawanya ke UGD. Mobil saya ada di luar.” Ia melakukan itu sebab ia adalah laki-laki yang baik, sebab ia adalah laki-laki yang baik dan ia ingin agar pelayan kafe itu melihatnya. Ia telah bercerai lima bulan yang lalu, dan sudah saatnya kini ia terlibat dalam sebuah obrolan intim dengan wanita cantik. Cerita ini juga bukan tentang dirinya.
Lalu lintas macet sepanjang jalan menuju rumah sakit. Laki-laki kurus yang berbaring di bagian belakang mobil, mengerang hampir tak terdengar dan melelehkan air liurnya di tempat duduk mobil Alfa sport milik laki-laki botak berkulit hitam itu. Saat ia bercerai, temannya memberitahu bahwa ia harus mengganti mobil ukuran keluarga itu dengan sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih ‘bujangan’. Wanita sering menilai lelaki dari mobil yang ia kendarai.
Jika kau mengendarai mitsubishi itu mengisyaratkan seorang duda tanggung yang baru bercerai, mencari perempuan untuk menggantikan lonte yang terakhir ia nikahi. Sedang mobil Alfa sport mengatakan: pengendaranya adalah laki-laki keren, berjiwa muda, mencari petualangan. Laki-laki kurus yang kejang-kejang di bangku belakang itu merupakan salah satu jenis petualangan. Laki-laki botak itu berpikir: “Saya ‘kan seperti ambulans sekarang. Saya memang tidak punya sirene, tetapi saya bisa membunyikan bel agar mobil lain minggir dan membiarkan saya lewat dan menerobos lampu merah, seperti di film-film.” Saat ia memikirkan semua itu, ia menginjak pedal gas dalam-dalam. Saat ia memikirkan semua itu, sebuah van Renault berwarna putih menghantam mobilnya dari samping. Pengemudi Renault itu seorang yang taat beragama. Pengemudi Renault itu tidak menggunakan sabuk pengaman. Kecelakaan membunuhnya saat itu juga. Cerita inipun bukan tentang dia.
Siapakah yang bersalah dalam kecelakaan itu? Lelaki botak berkulit gelap yang mempercepat laju kendaraan dan mengabaikan lampu merah itu? Tidak juga. Pengemudi van yang tidak menggunakan sabuk pengaman dan mengendarai mobilnya melebihi batas kecepatan? Bukan dia juga. Hanya ada satu orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan itu. Mengapa saya menciptakan semua orang ini? Mengapa saya membunuh seorang lelaki yang mengenakan yarmulke1, yang tidak pernah bersalah kepada saya? Mengapa saya membuat laki-laki imajinatif itu begitu menderita? Mengapa saya merusak keluarga laki-laki botak berkulit gelap itu? Kenyataan bahwa kau mengarang cerita tidak membebaskanmu dari tanggung jawab, dan, tidak seperti hidup nyata, di mana kau bisa menuding Tuhan... tidak ada alasan di sini. Dalam sebuah cerita, kau adalah Tuhan. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada tokohmu, itu karena kau menginginkannya.  Kau ingin melihat dia berkubang dalam darahnya sendiri.
Istri saya masuk ke dalam ruangan dan bertanya, “Apakah kau sedang menulis?”. Ia ingin menanyakan sesuatu. Sesuatu yang lain. Saya bisa melihat itu di wajahnya, tetapi di saat yang sama, ia tidak ingin mengganggu saya. Ia tidak ingin mengganggu saya, tapi ia sudah mengganggu saya. Saya menjawab ia, saya menulis, tetapi tidak masalah. Toh cerita ini juga sudah gagal. Ini bahkan bukan sebuah cerita. Ini sesuatu yang gatal. Ini jamur di bawah kuku jari saya. Istri saya mengangguk seolah ia mengerti apa yang saya katakan. Ia tidak mengerti. Namun bukan berarti ia tidak mencintai saya. Ini adalah cerita kami.

Keterangan :
*Yarmulke: penutup kepala yang dikenakan laki-laki yahudi taat
**Cerita ini pertama kali dimuat di Tablet Mag, diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Sondra Silverston. 
Etgar Keret
**Etgar Keret adalah seorang penulis Israel. Karya-karyanya berupa cerita-cerita pendek, novel, dan naskah film. Ia penulis yang diidolakan banyak penulis. Salah satu bukunya yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berjudul Seven Good Years. Cerita-cerita pendeknya banyak diterjemahkan oleh para penulis Indonesia, bisa anda lihat di sini.
***Terjemahan bebas oleh Felix K. Nesi

Related Posts:

0 Response to "Siapa yang Harus Disalahkan Jika Kemalangan Menimpa Orang Baik? | Etgar Keret"

Posting Komentar