Oleh: Mark Twain**
Seorang perempuan muda yang cantik-jelita menawarkan sepasang
sarung tangan berwarna biru. Saya tidak menyukai warna biru, tetapi ia bilang sarung
itu akan sangat manis jika membalut tangan saya yang indah.
"Ah! Anda berpengalaman sekali!" (Ilustrasi dari novel The Innocents Abroad). |
Ia berkata lagi:
“Ah! Saya lihat anda sudah terbiasa memakai sarung tangan ukuran
kecil. Laki-laki lain sangat canggung memakainya, tetapi anda sangat ahli.”
Itu adalah pujian yang sedikit berlebihan, sebab seingat saya,
saya hanya paham bagaimana caranya menulis di kulit rusa. Saya berusaha lagi, berhasil
memaksa ujung benda itu melewati pangkal jempol saya menuju pergelangan tangan,
dan mencoba menyembunyikan sobekan kecil karena tidak pas. Wanita itu terus
memuji saya, dan mendengar pujiannya saya bertekad untuk mencocokkan seluruh sarung
tangan itu ke jemari saya. Jika gagal lebih baik saya mati saja.
“Ah! Anda berpengalaman sekali!” (Ya, bagian telapaknya sudah
sobek) “Sarung itu cocok sekali untuk anda – tangan anda sangat kecil – jika
sobek, anda tidak perlu membayar.” (Bagian tengahnya sudah mulai terkoyak.)
“Saya selalu tahu mana lelaki yang tahu cara memakai sarung tangan ukuran kecil.
Itu suatu bakat tersendiri, bakat yang hanya bisa diraih dengan kesabaran.”
(Sementara itu, usaha keras saya untuk meloloskannya sudah membuat sarung
tangan itu terkoyak. Kain-kainnya di bagian buku jari saya mulai terbelah, dan
serpihan-serpihannya mulai jatuh berhamburan).
Saya terlalu senang dipuji dan sangat tersanjung hingga tak bisa
menolak tawaran wanita itu. Saya merasa sangat hebat, agak dongkol, sedikit bingung,
tapi toh merasa senang juga, meski saya benci kepada seorang laki-laki lain
yang menatap kami dengan wajah konyol.
Saya kemudian merasa sangat tampan, lalu berkata dengan manis:
“Sarung tangan ini bagus sekali, Nona; sangat pas di tangan saya.
Saya suka sarung tangan yang bagus seperti ini. Tidak apa-apa, saya beli. Saya
akan pakai yang satunya lagi di seberang jalan sana. Di sini masih cukup
hangat.”
Tempat itu memang hangat. Itu tempat terhangat yang pernah saya
datangi. Saya membayar harganya, dan saat berpamitan dengan membungkuk hormat,
sekilas saya menangkap kilatan ejekan di mata wanita itu, dan ketika saya
melihatnya kembali dari seberang jalan, ia sedang tertawa sendirian entah dengan
maksud apa.
Saya memaki diri saya sendiri: “Oh, betul to? Lu paling tau cara pake
sarung tangan ukuran kecil to? Tukang
makan puji, babi satu ni, usahakan
tiap kali ada perempuan cantik puji lu na
lu bikin diri macam dunia ini lu
punya!”
Dan saya mencoba mengingat kembali kenapa saya masuk ke toko
itu... seandainya saja saya tidak datang ke kota ini.[]
*Cerita ini adalah penggalan dari novel berjudul The Innocents Abroad. Karena satir dan
mengena, cerita ini kemudian dipenggal dan beredar sebagai humor rakyat dan
diulas oleh banyak kritikus sastra.
** Mark Twain adalah nama pena dari Samuel Langhorne Clemens. Ia
dikenal sebagai penulis, pelawak, pengusaha, pemilik penerbitan dan pemberi
kuliah. Ia menulis sangat banyak karya, termasuk esai dan puisi. Salah satu novelnya
yang terkenal satir dan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah Petualangan Huckleberry Finn.
***Terjemahan bebas oleh Felix K. Nesi, dari novel The Innocents Abroad.
0 Response to "Membeli Sarung Tangan di Gibraltar | Cerpen Mark Twain"
Posting Komentar