LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Hendrikus van Wissing, Misionaris Katolik yang Diburu Pemerintahan Soekarno, Ditolak Pemimpin Biara, Telantar di Timor dan Australia - Leko NTT

Hendrikus van Wissing, Misionaris Katolik yang Diburu Pemerintahan Soekarno, Ditolak Pemimpin Biara, Telantar di Timor dan Australia


Hendrikus van Wissing, SVD

LEKO NTT - Pastor Hendrikus van Wissing SVD adalah seorang misionaris di Timor. Ia dituduh mendukung tentara Permesta dan diburu oleh Soekarno.

Bayi Hendrikus van Wissing lahir pada tahun 1910 di Nijmegen, Belanda, sebuah kota dekat perbatasan antara Belanda dan Jerman. Ia bersekolah di Seminari Kecil milik Konggregasi Sakramen Mahakudus. Tamat dari seminari kecil, Henk van Wissing melanjutkan pendidikan hingga menjadi frater dan studi filsafat.

Saat studi filsafat, Henk merasa bahwa ia tidak cocok hidup bersama konggregasi Sakramen Mahakudus. Konggregasi ini mengutamakan doa dan kontemplasi dalam pelayanannya. Tetapi Henk ingin menjadi misionaris yang bekerja bersama umat di tanah misi. Ia sadar bahwa doa dan kontemplasi tidak cocok dengan gaya hidupnya.

Henk van Wissing memutuskan untuk pindah ke Konggregasi Serikat Sabda Allah (SVD) di Steyl. Konggregasi SVD terkenal aktif mengirimkan misionarisnya ke penjuru dunia. Di akhir tahun 1936, Henk van Wissing pun ditahbiskan menjadi pastor. Setahun kemudian ia memulai tugas misionarisnya di pulau Timor.

Pater Henk van Wissing hidup berdampingan dengan masyarakat Timor. Dalam suratnya ke Belanda, ia sering menceritakan penyakit dan serangga tropis yang mengganggunya. Ia juga sering menyebut dirinya sebagai kolonial dalam kerajaan Kristus – suatu kesadaran yang jarang dimiliki orang Belanda lain.

Lima tahun hidup bersama umatnya, Jepang menyerang Timor dan mengalahkan Belanda, di tahun 1941. Pater van Wissing dan orang Belanda lain dibawa ke kamp interniran di Pare-Pare, Sulawesi. Kehidupan di kamp interniran sangat sulit. Pater Henk van Wising tidak pernah menceritakan bagaimana ia bisa melewati kehidupan yang penuh trauma di kamp itu.

Saat Jepang menyerah pada sekutu, Pater van Wissing pulang kembali ke Timor. Ia menemukan banyak gedung misi yang ia bangun dengan susah payah telah dihancurkan. Namun ia berusaha membangun kembali tanah misi itu.

Saat persiapan kemerdekaan Indonesia, Pater van Wissing sangat mendukung pergerakan Soekarno dan kemerdekaan Indonesia. Tahun 1946, saat Dewan Raja-Raja Federasi Kepulauan Timor dibentuk, Pater van Wissing menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pertama mewakili swapraja Biboki.

Pada akhir tahun 1958, surat kabar di Belanda dan Amerika dihebohkan dengan berita hilangnya Pater van Wissing di Timor. Ternyata Pater Henk van Wissing ditangkap oleh militer Indonesia. Ia dilaporkan mendapatkan kiriman senjata dan mendistribusikannnya kepada tentara Permesta yang saat itu sedang memberontak. Ia ditangkap oleh pengadilan di Timor.


Surat kabar di Belanda yang memberitakan pelarian Pater van Wissing. Dok. Rumah Budaya Tua Kolo

Pengadilan di Timor tidak bisa menemukan alat bukti keterkaitan Pater van Wissing dengan Permesta, sehingga ia dibebaskan. Namun beberapa bulan kemudian, wakil perdana menteri Indonesia saat itu, Idham Kalid, kembali menuduh Pater Henk Wissing akan keterlibatannya dengan pemberontakan Permesta. Idham Kalid memanggil Pater Henk Wissing ke Jakarta untuk diinterogasi.

Karena ia diminta datang ke Jakarta langsung atas permintaan wakil perdana menteri Indonesia, Pater van Wissing merasa itu bukan tuduhan yang main-main. Saat itu situasi sedang tidak stabil. Banyak pendukung Permesta yang hilang.

Pater van Wissing tidak ke Jakarta, tetapi melarikan diri dari Timor Barat. Ia masuk ke Timor Portugis, yang kini dikenal dengan nama Timor Leste, lalu menyeberang ke Australia.

Pelarian ini membuat pemimpin biara SVD di Belanda marah. Mereka ingin Pater van Wissing datang ke Jakarta dan memberi informasi, agar masalah ini tidak berlarut-larut. Tetapi sebagai orang yang lama tinggal di Indonesia, Pater van Wissing tahu bahwa saat itu situasi politik sedang kacau, dan ia benar-benar sedang terancam.

Komunikasi antara Pater dengan pemimpinnya berhenti begitu saja. Selama 4 tahun lamanya, Pater Wissing hidup dan bekerja bersama para imigran di Australia, luntang-lantung, tanpa kejelasan akan nasibnya.

Baru di tahun 1961, hubungan Pater Wissing dan para pemimpin biaranya membaik. Ia kemudian pulang ke biara pusatnya di Belanda selama satu tahun. Ia tidak henti mengkritik para pemimpin Gereja di Belanda yang menurutnya semakin konservatif. Ia menyebut para pemimpinnya konservatif, busuk dan angkuh.

Tahun 1962, ia dikirim untuk misi di Papua, hingga tahun 1972. Saat kembali ke Nijmegen, ia tidak henti memutar slide dan bercerita tentang hasil kerjanya di Timor. Memang misi di Timor kelihatannya lebih berpengaruh dalam hidupnya.

Pater Henk van Wissing meninggal di panti jompo Breda, Belanda, pada tahun 1999. Sampai hari ini masih banyak orang Timor yang mencintainya. (SA/Leko)

 

Related Posts:

0 Response to "Hendrikus van Wissing, Misionaris Katolik yang Diburu Pemerintahan Soekarno, Ditolak Pemimpin Biara, Telantar di Timor dan Australia"

Posting Komentar