LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Kefamnanu atau Kefamenanu? Ini Peta Asli Ibu Kota Kabupaten TTU Zaman Belanda - Leko NTT

Kefamnanu atau Kefamenanu? Ini Peta Asli Ibu Kota Kabupaten TTU Zaman Belanda


Kolase foto udara kota Kefa (YouTube Bebeluck Channel) dan peta (Rumah Budaya Tua Kolo).

Detail peta asli kota Kefamnanu, ada dalam isi artikel ini.
LEKO NTT – Kota Kefamenanu (selanjutnya Kefamnanu) pada 22 September 2022 genap satu abad atau berdiri sejak 100 tahun lalu, tepatnya pada 22 September 1922.

Kefamnanu punya sejarah panjang, tapi tenang. Artikel ini tidak sepanjang jalan kenangan kita. Eh maaf, maksudnya sepanjang catatan-catatan sejarah ataupun tutur-tutur yang mungkin sudah pernah kita dengar.

Telah ditulis di artikel sebelumnya (baca di sini). Habis baca, kembali ke sini, di artikel ini. Kalau memang sebelumnya sudah baca, kita lanjut berkisah tentang kota ini, kota yang senantiasa dirindukan para perantau sebagaimana lagu Kuan Kefa, ciptaan almarhum Vinsen Kolo.

Banyak orang yang tahu tentang nama Kefamnanu, tetapi sedikit yang tidak tahu sejarah yang melatarinya. Tapi saya yakin, semua pasti tahu, semoga saja.

Ini juga menjadi tugas para orang tua, dan tentu juga kita semua untuk senantiasa berkisah tentang rahim – tanah yang telah membuat kita hidup dan menikmati kehidupan ini.

Jangan sampai, di mana-mana ketika bertemu siapa saja, dengan bangga kita berkata: saya orang Kefa. Lantas, mampukah kita mempertanggungjawabkan status yang sangat melekat dengan diri kita?

Kefa itu apa? Ada apa di Kefa? Adanya Kefa seperti apa? dan banyak pertanyaan lain yang bisa saja dilontarkan kepada kita.

Bukan hanya tentang Kefamnanu, tetapi daerah mana saja. Sudah semestinya, tanah yang darinya ibu menjerit sakit menyambut tangis pertama kita, ada di dalam isi kepala, di dalam isi dada.

Basi-basinya muncul nih. Yuk kita lanjut lagi. Simak ulasan berikut ini.

Adanya Kefamnanu, Ibu Kota Kabupaten TTU

Kefamenanu, demikian nama ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara dalam bahasa tulis. Dahulu, kota ini menjadi ibu bagi masyarakat dari tiga swapraja yaitu Biboki, Insana, dan Miomaffo (Biinmaffo).

TTU sendiri, pada pemerintahan Hindia Belanda disebut Onderafdeeling Noord Midden Timor, dibentuk pada tahun 1915. Pusat pemerintahan ini dibentuk setelah Belanda melakukan survei pada tahun 1909 hingga 1911, sebagaimana dikatakan sejarahwan Yohanes Sanak dalam dialog di RRI Atambua.

Sebelum Kefamnanu, pusat pemerintahan masih berada di Noetoko; telah disinggung di artikel sebelumnya. Pada tahun 1921, pusat pemerintahan dipindahkan ke Kefamnanu.

Sebelum lanjut, sebagai penyegaran, kita simak lagi asal-usul adanya kota Kefamnanu.

Sebelum resmi disebut Kefamenanu, ketika pemerintah Hindia Belanda memindahkan pusat pemerintahan, dilakukan survei di beberapa lokasi.

Survei itu dilakukan oleh Letnan Skatel Olifiet dan beberapa warga pribumi, Atoin Meto (Orang Timor – Dawan). Adapun rute survei sebagai berikut.

Berangkat dari Noetoko, Letnan Skatel Olifiet bersama rombongan mampir ke Nilulat, Oefui, Ukimnanu, Fatuknapa, dan Noelekat. Penjelajahan pun dilanjutkan ke Oeapot, Fautsuba, Nunpene, Matmanas, lalu berakhir di Tele (dekat Oemenu dan Nuntaen).

Dua tempat terakhir yaitu Matmanas dan Tele menjadi pilihan bagi rombongan untuk dijadikan pusat pemerintahan. Mereka lalu menginformasikan pilihan itu kepada pemerintah Hindia Belanda di Noetoko.

Awalnya, Matmanas (dekat Pasar Baru Kefamenanu) dijadikan ibu kota (pusat pemerintahan). Akibat longsor dan banjir di daerah tersebut, pemerintah Hindia Belanda memindahkan lagi ibu kota ke Tele sekaligus pilihan terakhir.

Ada satu momen yang kemudian menjadi cikal bakal nama Kefamenanu. Beberapa sumber menulis, ketika rombongan tiba di Tele, seorang tentara Belanda ingin mencari sumber air terdekat.

Ia menjumpai salah satu Atoin Meto, sumber-sumber menyebut, orang tersebut bernama Mnune Bani. Yohanes Sanak juga menyebut nama yang sama.

“Di sekitar sini ada sumber mata air kah?” tanya tentara Belanda itu dalam Bahasa Melayu sambil menunjuk ke arah jurang (kali Oemenu).

Mnune Bani yang saat itu sedang membersihkan ladangnya, lalu memberikan isyarat. Mengingat ia tidak terlalu paham dengan Bahasa Melayu.

Kefamnanu, Tuan. Nane kefamnanu,” kata Mnune Bani dalam Uab Meto (Bahasa Dawan) yang jika diindonesiakan, jawabannya seperti ini: “Jurang dalam, Tuan. Itu jurang dalam.”

Tentara Belanda itu tertarik, sebab ada air terjun kecil dan kolam yang cukup luas di dalam jurang – kali Oemenu tersebut.

Sejak saat itu, Kefamnanu menjadi pilihan nama bagi ibu kota Kabupaten TTU hingga saat ini. Mnune Bani sendiri, kata Yohanes Sanak, diangkat menjadi temukung di Nuntae.

Kefamnanu rupanya asyik di telinga orang Belanda. Kefamnanu, nama yang indah untuk didengar. Kefamnanu, nama yang tepat untuk ditulis dan dikenang.

Demikian asal-usul nama Kefamnanu. Diucapkan Mnune Bani, didengar tentara Belanda, hingga diwariskan kepada seluruh penghuni Kefamnanu, dan semua orang yang pernah mampir atau dengar tentang nama ibu kota Kabupaten TTU ini.

Peta Kota Kefamnanu pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda

Bagaimana ‘penampakan’ peta kota Kefamnanu semasa pemerintahan Hindia Belanda atau sebelum Indonesia merdeka?

Ketika saya membuat simpulan dan bertanya sana-sini tentang Kefamnanu, penulis sekaligus sastrawan Felix K. Nesi mengirimkan kepada saya sebuah gambar – peta.

Mengingat, pada 2019 lalu sastrawan asal Bitauni, Insana, Kabupaten TTU itu sempat melakukan riset selama beberapa bulan di Belanda terkait kisah-kisah ataupun dokumentasi tentang Belanda semasa pendudukannya di Timor.

Peta asli kota Kefamnanu zaman Belanda. (Foto: Rumah Budaya Tua Kolo/ Felix K. Nesi)

Peta yang dikirimkan Felix bukan merupakan hasil cetak digital atapun tampilan peta pada umumnya, tapi berupa gambar dan tulisan tangan. Berikut ‘penampakan’ peta dimaksud.

Peta tersebut menggambarkan situasi Kefamnanu (masuk Timor Belanda) pada Mei 1942. Peta itu merupakan hasil survei dan riset yang dihimpun dari berbagai informasi, baik dari pihak Belanda maupun pengetahun Atoin Meto (orang Dawan – Timor) yang tinggal di Kefamnanu, saat itu.

Peta itu sendiri dirilis setahun kemudian, tepatnya 27 Maret 1943 oleh Netherlands East Indies Forces Intelligence Service (NEFIS) – Badan Inteligen Pasukan Hindia Belanda.

NEFIS sendiri merupakan unit inteligen dan pasukan khusus semasa Perang Dunia II yang beroperasi di wilayah Hindia Belanda (Indonesia) yang kemudian dijajah Jepang.

Dilansir dari Dutch East Indies, pasukan khusus ini dibentuk di Australia atas perintah Letnan Conrad Emil Lambert Helfrich dari Angkatan Laut Kerajaan Belanda.

CEL Helfrich, seorang komandan terkemuka semasa Perang Dunia II yang lahir di Semarang, Jawa Tengah pada 11 Oktober 1886.

Ayahnya seorang dokter KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger) – Tentara Kerajaan Hindia Belanda yang didirikan pada 14 September 1819. Ayah Conrad menikah dengan seorang perempuan pribumi asal Jawa.

NEFIS memiliki beberapa tugas utama seperti menghimpun informasi (laporan), membuat dokumentasi berupa foto, publikasi, dan membuat peta.

Kembali pada peta kota Kefamnanu. Oya, seperti biasa, jangan lupa kopi, diminum dulu. Kalau belum bikin, segera. Sambil ngopi, mari kita lanjut.

Peta kota Kefamnanu yang dibuat NEFIS sebagaimana tampak pada gambar di atas, menunjukkan 66 titik (lokasi) yang ada di ibu kota Kabupaten TTU, saat itu.

Detailnya dapat dibaca pada peta tersebut, terlalu panjang dan banyak untuk ditulis. Seperti rindu perantau akan Kuan Kefa yang jauh di sana, atau pada kekasih yang menyimpan rindu bertahun-tahun untuk dipeluk. Husus, lupakan ini.

Titik lokasi tersebut, akan diulas dalam artikel berikutnya lagi. Kita simak ulasan berikut.

Pada artikel sebelumnya dengan judul Satu Abad Kota Kefamnanu, Ibu Kota Kabupaten TTU yang Namanya ‘Salah’ Ditulis? telah disinggung soal ‘salah penulisan’ Kefamenanu ini semasa pemerintahan Hindia Belanda atau setelah Indonesia merdeka?

Jika dilihat dari peta yang dibuat dan dirilis NEFIS, tampak tidak ada yang janggal di sana. Peta itu ditulis KEFANNANOE (ejaan lama). Tampak ada kesalahan di sana, NEFIS menulis ‘M’ menjadi ‘N’ yang seharusnya KEFAMNANOE.

Mengapa dikatakan demikian? Lihatlah, di bawah tulisan KEFANNANOE, ada keterangan di bawahnya: KEFAMNANOE. Artinya, NEFIS menyadari kesalahan penulisan itu.

Dapat dilihat juga, tidak ada tanda-tanda munculnya huruf ‘E’ pada KEFAMNANOE. Disimpul, bahwa pemerintah Hindia Belanda masih ingat jelas perkataan Mnune Bani. Bahkan ketika mereka menulis nama ibu kota Kabupaten TTU itu.

Jika peta itu dirilis pada tahun 1943, maka adanya sebelum dua tahun Indonesia merdeka. Lagi-lagi dapat disimpul, penulisan dan pengucapan Kefamenanu baru muncul setelah Indonesia merdeka.

Peta asli kota Kefamnanu itu, sebagaimana perannya, menjadi salah satu jawaban bahwa ‘kesalahan penulisan’ tidak dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Lantas, kesalahan penulisan itu dimulai sejak kapan? Sabarlah menunggu. Jawabannya akan diulas dalam artikel berikutnya lagi.

Kita jeda dulu, habiskan kopi di cangkir, tarik napas, hembus, dan jangan lupa berkisah kepada anak-cucu, saudari-saudara, dan sesama tentang peta kota Kefamnanu pada zaman Hindia Belanda.***

Herman Efriyanto Tanouf, 24 September 2022.

Related Posts:

0 Response to "Kefamnanu atau Kefamenanu? Ini Peta Asli Ibu Kota Kabupaten TTU Zaman Belanda"

Posting Komentar