LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Merekam Kota Kupang, Pameran Arsip Pembuka Mata Publik - Leko NTT

Merekam Kota Kupang, Pameran Arsip Pembuka Mata Publik


Sepuluh bulan, proses yang lumayan lama untuk menyelenggarakan sebuah event kesenian, event kebudayaan ataupun event sejenis. Belum lagi kalau para pekerja kreatif lebih mengandalkan motivasi untuk melayani publik melalui ide dan karya-karya kreatif. Lelah tentu saja ada, tapi tidak bagi hilangnya motivasi.

Minimnya pusat-pusat kesenian pun berpotensi mematikan geliat berkesenian. Kota Kupang dan umumnya di Nusa Tenggara Timur, memang masih sangat minim ruang-ruang kreatif. Mungkin ada, tapi belum dikelola atau dimanfaatkan secara baik, maksudnya bisa diakses publik terutama para pekerja kreatif.

Situasi pandemi dengan berbagai protokol kesehatan, turut berpengaruh terhadap aktivitas kesenian dan kebudayaan. Komunitas-komunitas misalnya, dihadapkan pada berbagai persoalan. Kalau selama berkegiatan, mereka [kelompok-kelompok kecil] mampu menghimpun banyak orang, pandemi telah menyempitkan ruang temu yang nyata.

Jalur virtual? Bisa jadi pilihan, tapi tidak begitu maksimal, tidak begitu dinikmati. Tongkrongan dengan ide, cerita-cerita 'gila', kopi dan mungkin kepul asap, tidak cukup nikmat dirayakan dalam layar-layar handphone. Namun demikian, ide-kreativitas tidak pernah mati selagi orang-orangnya belum mati. Lupakan, mari fokus ke sini, tulisan di bawah ini. Butuh waktu tidak lebih dari lima menit saja untuk dibaca.

Ini sedikit tentang hari pertama dari proses sepuluh bulan yang akan dilangsungkan selama dua minggu, 17 Oktober hingga 31 Oktober 2020.

Pameran Arsip Publik: Keluarga, Romantisme dan Peran Perempuan dalam Pengarsipan

Pameran Arsip Publik bertajuk Memori, Ruang dan Imajinasi yang diselenggarakan oleh Komunitas Sekolah Multimedia Untuk Semua (SkolMus) resmi dibuka pada Sabtu, 17 Oktober 2020 pukul 16.00 WITA di Pabrik Es Minerva, Jalan Siliwangi Kota Lama, Kupang. Acara pembukaan pun disiarkan secara langsung melalui youtube dan akun fanpage SkolMus.

Sebelum dibuka secara resmi oleh pemerintah Kota Kupang melalui tapping video, Pameran Arsip Publik ini didahului dengan Bincang Arsip (talkshow). Para pembicara adalah pelaku pengarsipan yang sebagian arsip dijadikan bahan pameran.

Keluarga, Romantisme dan Peran Perempuan dalam Pengarsipan, demikian tajuk yang menjiwai Bincang Arsip Publik I. Hadir sebagai pembicara, Susan Ellen Frans-Onksen (istri Pdt. Ishak Nikolaus Frans), Mans Mandaru bersama istrinya Beatrix Mandaru-Soi dan dimoderatori oleh Matheos Viktor Messakh. Sedangkan Leopold Nicolaas Nisnoni yang sudah dijadwalkan sebagai salah satu pembicara tidak sempat hadir karena kedukaan.


Para pembicara sekaligus kontributor arsip dalam Pameran Arsip Publik SkolMus. Lebih dari 20 orang hadir sebagai peserta bincang arsip, jumlah tersebut disesuaikan dengan protokol kesehatan yang telah disepakati panitia bersama pemerintah dan Satgas Covid-19.

Susan Ellen Frans-Onksen dalam talkshow mengisahkan usahanya dalam mengarsipkan sejarah. Keluarga adalah sosok-sosok yang menginspirasi Susan dalam menyimpan arsip, terutama ibunya.

Istri dari Direktur pertama Yayasan Alfa Omega (YAO) ini pun ikut mendirikan TK Permata yang berlokasi di Tarus. Perempuan kelahiran Anderson, Amerika Serikat ini pernah menjadi pengajar Bahasa Inggris di Sekolah Teologi Kupang (Universitas Kristen Artha Wacana). Sebagian arsip dan sejarah terkait YAO pun diketahui dari keluarga Susan.

"Saya selalu simpan arsip dan foto-foto. Arsip yang sama yang dikasih ke Yayasan Alfa Omega juga saya simpan. Kadang orang tanya, kalau orang Alfa Omega sibuk, saya jawab," kata Susan.

Mans Mandaru bersama Beatrix Mandaru-Soi mengisahkan usaha mereka dalam mengarsipkan peristiwa masa lalu termasuk hal-hal sepele seperti surat cinta, tapi punya pengaruh besar dalam menjalani kehidupan setelahnya. Mereka berkisah tentang awal dimana cinta dan kasih dibangun hingga hidup sebagai suami-istri. Saat ini, mereka masih menghidupi masa lalu lewat arsip surat-surat cinta dan arsip lainnya seperti dokumen dan foto-foto.

Mans Mandaru juga berkisah tentang peran keluarga-orang tua sebagai sosok yang mengajarkan pentingnya menyimpan arsip. Punya ayah yang berprofesi sebagai seorang guru-menyimpan berkas atau dokumen sekolah, turut mempengaruhi kebiasaan dalam keluarga. Bahkan, "ayah saya punya kebiasaan menulis catatan harian. Kami kagum, ayah masih menulis catatan harian [hingga] dua hari sebelum meninggal," kisah Mans.

Surat-menyurat, jadi media komunikasi utama saat itu. Mans menuturkan, semasa sekolah catatan-catatan penggunaan biaya pun harus dilaporkan kepada orang tua. "Kami harus membuat laporan keuangan karena kalau tidak, maka kami tidak mendapat kiriman uang dari orang tua."

Aktivitas itu kemudian berpengaruh terhadap ungkapan-ungkapan cinta-romantisme yang menyata dalam surat cinta. "Kami bangun hubungan jarak jauh. Untuk merawat cinta itu, saya mengirim surat cinta [kepada Beatrix] lewat kantor pos, dua kali seminggu. Malah di amplop tertulis: Pos Kilat Khusus." Surat-surat yang ditulis sejak 1975 hingga 1980-an masih tersimpan rapi, sebagian dicopy dan diberi kepada tim arsip SkolMus.

Beatrix Mandaru-Soi yang saat itu mengemban pendidikan menengah di SPK Lela, Flores kemudian ditugaskan di daerah Timor Timur membenarkan kisah Mans. Ungkapan cinta dalam surat-surat Mans, jadi bukti bahwa kata-kata yang tertulis dan diabadikan hingga saat ini direalisasikan dalam kehidupan rumah tangga. Kata-kata, bukan bualan semata.

"Yang dilakukan [ditulis Mans] sama seperti yang dilakukan kepada saya. Saya tidak pernah dipukul, tidak pernah disakiti selama 45 tahun menikah," kisah Beatrix.

Pameran Arsip Publik dan Apresiasi

Walikota Kupang Jefrry Riwu Kore ketika membukan secara resmi Pameran Arsip Publik melalui tapping video mengapresiasi usaha SkolMus dalam menyelenggarakan event tersebut. "Atas nama pemerintah Kota Kupang, saya menyampaikan apresiasi atas kepedulian Komunitas Sekolah Musa terhadap sejarah dan perkembangan Kota Kupang," kata Jefrry.

Dalam sambutan Jeffry menandaskan, Kota Kupang eksis sebagai kota modern, juga memiliki banyak situs bersejarah-peninggalan masa lalu sehingga ditetapkan pemerintah RI sebagai heritage city sejak tahun 2013. "Tugas kita untuk menjaga peninggalan sejarah yang masih ada hingga saat ini seperti yang diwujudkan Komunitas Sekolah Musa."

Matheos Viktor Messakh, salah satu kurator dalam arsip menilai Pameran Arsip Publik sebagai participatory archives (arsip partisipatif). Situasi dimana masyarakat benar-benar sadar untuk memberikan atau menjaga arsip-arsip mereka yang akan digunakan untuk kepentingan riset dan aktivitas lainnya.

"Event ini, event pembuka mata bagi masyarakat bahwa sebenarnya mereka punya arsip. Orang berpikir arsip itu yang ada di kantor-kantor pemerintah dan arsip lain, tapi mereka tidak sadar bahwa selembar surat baptis, surat nikah bahkan surat cinta adalah arsip yang bisa digunakan untuk menjelaskan tentang suatu masyarakat," kata Viktor Messakh.

Tindak lanjut dari usaha SkolMus, menurut Viktor perlu dijaga secara rapi agar membuat orang untuk sadar dalam menjaga dan memberikan arsip untuk dilestarikan ataupun dikodifikasi. "Warga Kupang harusnya sadar bahkan pemerintah juga harus sadar bahwa ini langkah yang baik. Digitalisasi arsip saja untuk diakses publik adalah langkah bagus dan maju."

Ayu Ratu, salah satu pengunjung Pameran Arsip Publik pada hari pertama, mengaku mendapat informasi ini dari akun Instagram Merekam Kota (@memoriruangimajinasi). Kesempatan ini dimanfaatkan Ayu untuk menjawabi segala pertanyaan dalam isi kepalanya.

"Sudah lama, beta ingin tahu asal-usul Kota Kupang. Kebetulan sekali ada info kalau SkolMus akan selenggarakan pameran tentang Kota Kupang. Sudah lama juga, beta kepo, beta penasaran, ini bangunan tua [Pabrik Es Minerva] sebenarnya gedung apa? Isinya apa? Es itu maksudnya ice cream? Setelah ke sini, oh ternyata," kata Ayu.

Ia pun menilai kalau bagunan-bangunan tua dan beberapa situs sejarah di Kota Kupang masih jauh dari perhatian pemerintah. "Sebenarnya miris sih [ia membandingkan Kupang dan Kota Tua Jakarta]. Beta harap pemerintah punya andil memperhatikan situs dan bangunan-bangunan bersejarah. Ini kan arsip pribadi, arsip masyarakat, harusnya pemerintah juga lebih jeli, lebih peka terhadap sejarah dan budaya. Terima kasih SkolMus, sudah buka mata kami."

Selain talkshow, Pameran Arsip Publik dibuka dengan penampilan dari beberapa kelompok dan seniman muda di Kota Kupang. Teatrikal "Kota" dipersembahkan oleh Teater Aspira, Digital Drawing oleh Remon Narakaha dari Komunitas Timore Art Graffiti, Pembacaan Puisi dibawakan oleh Ayi Rambu Kareri Emu dari Komunitas Leko, Pertunjukan Musik Akustik dibawakan oleh Fandy Tukan, Ani Mawardy, Ria Hera dan Holly Spirit Band. Beberapa acara tersebut sebelumnya telah direkam dan diedit oleh para penggiat di Komunitas Film Kupang. Sejak 17 Oktober hingga 31 Oktober nanti, Pameran Arsip Publik akan dipandu oleh Alwi Kolin, seniman gambar dari TAG.

Di pameran ini, para pengunjung disuguhkan ratusan arsip yang dipajang di tembok-tembok Pabrik Es Minerva. Selain itu, arsip lainnya dipajang di beberapa titik di wilayah Kota Lama Kupang. Arsip-arsip pilihan itu berupa foto, audio, dokumen disertai narasi pendukung. Anda bisa berkunjung ke ini tempat, menyaksikan dari dekat. 

Pabrik Es Minerva, 17 Oktober 2020
Herman Ef Tanouf

Foto-foto: Tim Dokumentasi Pameran Arsip Publik, SkolMus.

Update informasi terkait jadwal dan jenis kegiatan bisa dipantau di akun Instagram Merekam Kota: @memoriruangimajinasi dan @sekolahmusa.

Related Posts:

2 Responses to "Merekam Kota Kupang, Pameran Arsip Pembuka Mata Publik"

  1. Semoga momen ini menjadi awal sebagian dr kita untuk tidak melupakan sejarah.
    Maju terus berupaya merekam sejarah dengan melakukan manajemen arsip.

    BalasHapus