LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Jembatan Liliba | Puisi-Puisi Herman Ef Tanouf - Leko NTT

Jembatan Liliba | Puisi-Puisi Herman Ef Tanouf

Sepilihan Puisi Herman Ef Tanouf
Ilustrasi: Pixabay.com/ Free Photos


Kolong Jembatan Liliba
:Untuk Nadia

Kepada saya, orang-orang bercurah
tapi saya bingung, kepada siapa harus bercurah. Puisi tak cukup menampung gelisah. Saya butuh seseorang. Kamu, mungkin.

?

Dan kamu tak pernah hadir. Akhirnya saya memilih kolong jembatan Liliba tempat curah paling nyaman.

Ketika saya coba menulis perihal curah, para kekasih tak pernah yakin. Kata mereka, itu puisi yang dipenggal, dan Liliba itu lelucon. Itu sebab, bingung. Kepada siapa saya harus bercurah? Puisi dan lelucon lelucon sialan, telah merasuk isi kepala mereka.

Nadia sayang, saya jadi paham. Banyak kekasihmu, tapi tak seorang pun beri kasih. Gambar gambar imut karya tanganmu itu, menyimpan curah. Lagi lagi di isi kepala mereka, itu hanyalah gambar, tak lebih.

Begini saja, kau dan aku boleh sepakat, kolong jembatan Liliba ialah jelmaan lantai empat sekolahmu.

Garis dan aksara
telah hilang makna, sayang!

Kupang, Januari 2020
Herman Ef Tanouf


Selamat Hari Kasih Sayang, Tuan Gubernur


Emmy berkabar kalau sebentar, Bernadus akan tiba di El Tari, tempat dimana nama tuan gubernur diabadikan. Bernadus minta dijemput gubernur yang telah mati itu, sebab bersamanya, ia akan kembali menjadi tanah. Beberapa tahun, ia sudah cukup lelah mencumbui tanah rantau, dan ingin pulang ke tanah Timor.

Tadi, Emmy berkabar lagi kalau Bernadus telah tiba. Tanpa napas, tanpa suara, tanpa tawa, tanpa kartu valentine, sebab tubuhnya telah kaku. Dan dari dalam peti - lewat sirene Ambulans, Bernadus menyapa patung El Tari: "Selamat Hari Kasih Sayang, Tuan Gubernur!"

Tak hanya itu, Bernadus pun menulis catatan kecil di kartu valentine. Kepada Emmy, ia menitipkan kartu itu. Seusai doa, sebelum Bernadus pulang ke Maulafa hingga nanti menyatu bersama tanah, Emmy membaca isi kartu:

"Sayangi anak-anakmu, Tuan Gubernur! Jangan ada lagi aku - Bernadus yang lain. Masih banyak anak-anakmu di Malaysia, panggil pulang, beri peluang, jangan liang!"

Bernadus benar-benar pulang, dan Emmy terus hanyut dalam doa dan harap - menjemput mereka yang kembali - dengan napas, suara, tawa tanpa air mata duka. Sedang patung si tuan gubernur itu, selamanya akan tetap bisu.

Kupang, 14 Februari 2020
Herman Ef Tanouf

Related Posts:

0 Response to "Jembatan Liliba | Puisi-Puisi Herman Ef Tanouf"

Posting Komentar