LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
'Kita Pernah Saling Mencinta', dari Lalian-Timor hingga Leiden-Belanda - Leko NTT

'Kita Pernah Saling Mencinta', dari Lalian-Timor hingga Leiden-Belanda


Setelah sukses meraih apresiasi publik melalui novel Orang-Orang Oetimu sejak tahun 2018, Felix K. Nesi menerbitkan buku puisi dengan judul Kita Pernah Saling Mencinta (KPSM). Tentang buku puisi tersebut, sastrawan muda asal Timor, Nusa Tenggara Timur ini telah mengumumkan kepada publik sejak 6 Januari 2021 lalu melalui akun media sosialnya seperti Facebook Felix Nesi dan Instagram @felixnesi.

"Mempersiapkan buku baru lagi di awal tahun 2021. Semoga di tahun baru ini ada lebih banyak energi. Untuk meyakinkan diri, setiap pagi, bahwa hidup ini tidak sia-sia amat. Jangan minum racun dulu," tulis Felix melalui akun Instagram miliknya pada 6 Januari lalu.

Felix mengatakan, ia telah menyunting lebih dari 600 puisi yang pernah ditulisnya, selama ia hidup. Karya pilihan dalam buku puisi KPSM adalah puisi-puisi yang ditulis antara tahun 2008-2019, sejak menempuh pendidikan di Seminari Lalian, Atambua-Timor hingga kesempatan residensi di Leiden, Belanda.

Dari karya sebanyak itu, "ada sekitar 80 puisi yang saya pilih. Saya pikir perlu diterbitkan sebelum saya mati. Minimal, untuk menjadi dokumentasi. Lebih baik lagi, kalau kamu-kamu tertarik untuk membacanya."

KPSM 'Lahir' di Tengah Pandemi Covid-19

Pada September 2020 lalu, Felix dijadwalkan mengikuti residensi di The University of Iowa, Amerika Serikat dalam International Writing Program setelah lolos seleksi. Residensi ini dalam jadwal akan dilangsungkan pada tahun 2021, ini tahun. Sejak Januari 2021, Felix sudah harus ada di universitas negeri tertua di negara bagian tersebut. Namun karena dunia tengah dilanda pandemi Covid-19, residensi ditunda.

"Saya telah telanjur membatalkan beberapa hal untuk berangkat, sehingga saya jadi paham arti dari frasa terdampak-pandemi yang kerap digunakan orang-orang sebagai kesempatan untuk mencuri," tulis Felix di akun Facebook pribadinya.

Tertundanya kesempatan untuk residensi menjadikan Felix menghimpun puisi-puisi yang pernah ditulisnya, dan diterbitkan. Tak hanya itu, ia pun turut merefleksikan situasi di Timor Barat akibat dari adanya pandemi yang menurutnya membuat hidup menjadi tidak terbayangkan.

"Sembilan dari sepuluh teman yang saya jumpai mengeluh tentang sulitnya membiayai diri. Terlebih di musim amnahas begini--musim ketika masyarakat Timor kehabisan bahan makanan sementara panenan belum tiba."

Musim amnahas, membuat sebagian orang menghalalkan segala cara untuk bisa bertahan hidup di tengah pandemi, sekalipun itu mencuri, itu dosa. Felix menulis peristiwa pelik itu.

"Jagung telah tumbuh sebahu, mulai berbunga dan menciptakan belantara. Beberapa minggu yang lalu, seorang perempuan kena begal di batas kota Kefamenanu, 30 km dari rumah saya. Ia melawan dan disiksa sampai nyonyor."

Peristiwa beberapa minggu lalu yang terjadi di Kabupaten Timor Tengah Utara membawa Felix kepada pengalaman masa lalu. "Zaman telah berubah. Saat saya kecil, di musim amnahas begini, banyak juga pencuri. Baik amatir yang diam-diam mencuri pisang di balik rimbun jagung, ataupun gerombolan yang menyerang rumah."

Sebelum menyerang, mereka akan berkirim surat: "Kami akan berkunjung. Jika berani siapkan senjata, jika ingin selamat bungkus saja barang-barang berharga, biar kami langsung ambil. Tak akan ada korban, semua selamat."

Tidak hanya di TTU atau daerah-daerah lain di Timor, di NTT, di Indonesia. "Begal, seperti halnya mengemis di jalanan, adalah perbuatan memalukan yang hanya dilakukan orang-orang Jawa, begitu orang Timor biasa berkata. Tetapi beberapa minggu lalu seseorang melakukannya, di dekat rumah. Lapar dan keserakahan membuat orang melakukan hal-hal yang memalukan dirinya, memalukan leluhurnya."

Felix menulis demikian, menggambarkan aktivitas di saat Covid-19 mewabah. Di saat orang-orang sibuk berpikir dan berusaha keras untuk mencegah penyebaran Covid-19, sibuk menyusun siasat untuk [misalnya] mencuri, ia sibuk mengumpulkan, memilih, menyusun, dan menawarkan puisi-puisi yang pernah ditulisnya kepada penerbit.

"Sementara itu, saya mengumpulkan puisi-puisi... Ini akan menjadi kumpulan puisi saya yang kedua--tahun 2012 saya pernah menerbitkan-sendiri kumpulan puisi berjudul Kematian Penyair Toni. Sempat dialihwanakan menjadi teater oleh Ince Firman, Huda, Umar Faruq, Fafa, Pandu, dan kawan-kawan lain di Komunitas Seni 69 Malang."

KPSM Diterbitkan, Felix Senang

Kabar tentang diterbitkannya buku puisi KPSM membuat Felix senang, terutama akan segera terbit di awal bulan depan (Maret), dan sudah bisa dimiliki pembaca. Lebih dari itu, "saya senang jika kalian beli--entah dibaca entah disimpan sampai berdebu--setidaknya nama saya ada di salah satu sudut rumah kalian. Di home. Di tempat berkumpul orang-orang yang saling mencinta," tulis pemenang pertama sayembara novel DKJ 2018 ini.

Bagi penulis kumcer Usaha Membunuh Sepi (Pelangi Sastra, 2016) dan novel Orang-Orang Oetimu (Marjin Kiri, 2019) ini, tak ada alasan untuk merayakan puisi, terlebih di musim pandemi nan amnahas. Menurutnya, setidaknya pekerjaan mengumpulkan dan membenahi puisi-puisi ini telah memberi diri alasan untuk tetap hidup di dunia yang tidak berguna ini.

"Di antara manusia-manusia fana yang kadang ingin menjadi abadi. Apalagi guna puisi, kalau bukan untuk mengalihkan rasa ingin pada kematian. Sebuah kematian tenang yang bisa menghapus hal-hal fana yang hanya kelihatan menyenangkan."


Buku puisi yang diterbitkan oleh Gramedia Penerbit Buku Utama (GPU) bahkan sudah dibuka order mulai tanggal 11 hingga 21 Februari 2021. Gramedia melalui berbagai grup di akun media sosial dan situs lainnya pada Senin, 8 Februari telah mengumumkan Pre-Order (PO).

PO ini sudah dapat dilakukan para calon pembeli (pembaca) di Gramedia.com, Gramedia Book Store, Shopee, dan Tokopedia mulai 11 Februari 2021. Para reseller, khususnya di Kota Kupang dan Makassar yang akan melakukan pemesanan pun nantinya buku-buku bisa diambil langsung di toko buku Gramedia terdekat.

Di Kota Kupang sendiri, reseller dapat mengambil pesanan di Toko Buku Gramedia Jln. Jenderal Sudirman No.163, Nunleu, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang. Sedangkan reseller Makassar dapat mengambil pesanan di Toko Buku Gramedia Ratu Indah Makassar Jln. DR. Ratulangi, Mamajang Luar, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar.

Adapun kontak yang bisa dihubungi para reseller sebagai berikut: 0819-0844-0629 (Wholesale Gramedia), 0812-3923-0636 (Gramedia Kupang), dan 0821-4570-2721 (Gramedia Makassar Ratu Indah). (tbf)

Related Posts:

0 Response to "'Kita Pernah Saling Mencinta', dari Lalian-Timor hingga Leiden-Belanda"

Posting Komentar