LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Sampah di Fatumnasi, Fatukopa dan Fatukoto: Ulah dan Salah Siapa? - Leko NTT

Sampah di Fatumnasi, Fatukopa dan Fatukoto: Ulah dan Salah Siapa?

  • "Kita punya banyak potensi alam yang indah. Jangan sampai pemerintah terlambat tangani masalah sampah. Kalau alam sudah rusak, kotor, baru mulai sadar."

TTS, LekoNTT.com - Sudah jadi kebiasaan kalau suatu tempat yang viral karena keindahan alamnya akan menjadi incaran masyarakat untuk memanjakan mata. Fatumnasi, Fatukopa dan Fatukoto, tiga dari sekian banyak tempat yang belakangan viral sebagai spot wisata baru di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Setiap akhir pekan ketiga tempat tersebut ramai dikunjungi wisatawan yang datang dari luar Kabupaten TTS untuk menikmati keindahan alamnya. Namun kedatangan para pengunjung di tempat-tempat tersebut selalu meninggalkan banyak sampah berupa bungkusan makanan, air mineral, bahkan minuman beralkohol yang menumpuk di lokasi-lokasi tersebut.


Masalah sampah di obyek wisata Kabupaten TTS bukanlah hal yang baru. Sebelumnya masalah sampah yang ditinggalkan wisatawan juga dikeluhkan oleh warga lokal di Kolbano dan Mutis. WALHI NTT sebagai lembaga yang fokus pada isu lingkungan telah menerima banyak laporan.

"Masyarakat mengeluh, terutama mereka yang tinggal di kampung-kampung yang alamnya dijadikan obyek wisata. Banyak pengunjung berdatangan, saat yang sama banyak sampah ditinggalkan," kata Rima Melani Bilaut, Koordinator Divisi Sumber Daya Alam WALHI NTT.

Rima juga menandaskan, beberapa lokasi wisata potensial itu belum disediakan fasilitas penunjang, "seperti tempat sampah sehingga sampah-sampah yang ada harus diurus sendiri oleh masyarakat lokal."

WALHI NTT sangat menyayangkan buruknya pengelolaan obyek wisata oleh pemerintah Kabupaten TTS. "Obyek-obyek wisata potensial seperti ini sudah seharusnya dipetakan oleh Pemerintah Kabupaten TTS termasuk pola pengelolaan, regulasi dan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan."

Direktur WALHI NTT, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi pun menyayangkan sikap Pemda TTS yang tidak serius menangani masalah sampah. Adanya banyak sampah di lokasi wisata, dalam beberapa hari terakhir ramai diperbincang publik di media sosial.

"Kelalaian Pemda TTS ini mengorbankan keberadaan masyarakat lokal. Pemda TTS membiarkan masyarakat lokal mengurusi sampah yang bukan milik mereka," kata Umbu Wulang.

Menyingkapi permasalahan itu, WALHI NTT mendesak Pemerintah Kabupaten TTS untuk memetakan obyek-obyek wisata potensial yang ada di Kabupaten TTS. WALHI NTT pun meminta Pemda TTS untuk menyediakan master plan pengelolaan pariwisata hingga pola pengelolaan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan dengan berpedoman pada regulasi-regulasi. Seperti termaktub dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tetang Pengelolaan Sampah dan Perda Kabupaten TTS Nomor 4 tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah.

Sampah plastik berserakan di sekitar lokasi wisata alam. (Foto: Ady Sunbanu)

Selain itu, WALHI NTT meminta Pemda TTS untuk mengembangkan pola pariwisata berbasis kerakyatan ketimbang pariwisata berbasis investor. Pemda TTS pun diminta melibatkan masyarakat dan memberdayakan Pemerintah Desa dalam pengelolaan pariwisata.

Ady Sunbanu, salah satu pemuda asal Fatukoto, Mollo Utara pun menyesalkan tindakan tidak bertanggungjawab dari para pengunjung. "Sangat disayangkan, pengunjung datang, masuk gratis tapi buang sampah sembarang. Rata-rata para pengunjung itu orang yang berpendidikan tapi bikin sembarang saja,” ungkap Ady, pemuda yang menginisiasi aksi pungut sampah di Fatukoto.

Pada 1 Agustus 2020, Ady Sunbanu bersama beberapa pemuda lainnya melakukan aksi pungut sampah yang ditinggalkan para pengunjung.

Ady menegaskan kalau para pemuda dan masyarakat yang tinggal di Fatukoto sudah memasang papan informasi-buang sampah pada tempatnya, dan sudah ada tempat sampah dari berbagai komunitas . Namun demikian, para pengunjung masih saja lalai memperhatikan hal tersebut.

Ady berharap agar para pengunjung bisa mengamankan sampah mereka, sebab di ketinggian seperti Fatukoto, angin bisa saja bikin sampah berhamburan sekalipun di tempat sampah. "Kalau ditaruh dalam tempat sampah angin tetap tiup kasih keluar, jadi lokasi tetap kotor."

Ia pun berharap agar pemerintah memperhatikan secara serius beberapa lokasi wisata yang ramai dikunjungi, terutama masalah sampah. "Kita punya banyak potensi alam yang indah. Jangan sampai pemerintah terlambat tangani masalah sampah. Kalau alam sudah rusak, kotor, baru mulai sadar."

Penulis: Herman Efriyanto Tanouf

Related Posts:

0 Response to "Sampah di Fatumnasi, Fatukopa dan Fatukoto: Ulah dan Salah Siapa?"

Posting Komentar