LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Berlari Membawa Pesan Pembebasan dalam Olahraga: dari Robinson sampai Socrates - Leko NTT

Berlari Membawa Pesan Pembebasan dalam Olahraga: dari Robinson sampai Socrates

Oleh: Ade Setiawan Simon*

Ilustrasi Olimpiade Atletlik pertama di dunia/history.com/AM

 

Darius Agung I murka pada Athena dan Eritrea karena ikut campur membantu para pemberontak Ionia (499 SM-493 SM)[i]  sebuah pemberontakan terorganisir kelompok militer di wilayah Asia kecil yang ingin melepaskan diri dari dari pengaruh Persia karena dianggap tiran oleh wilayah koloninya.

Namun, bantuan militer dari Athena dan Eritrea belum mampu mengalahkan kekuatan militer Persia pada saat itu. Petaka bagi kedua negara kota ini datang ketika informan Persia mengetahui keterlibatan mereka dalam pemberontakan Ionia, Darius Agung I mulai mengkampanyekan invasi terhadap kedua negara ini. Darius Agung I mengirimkan invasi pertama armada lautnya di bawah pimpinan Artaphernes, seorang jendral perang kerajaan Persia dan berhasil lego jangkar di Yunani.

Darius bersumpah hendak menguasi Athena dan Eritrea dengan mengirim legion perang sebanyak enam ratus ribu infantri dan sepuluh ribu kavaleri. Pasukan diangkut oleh enam ratus kapal armada perang Persia. Mereka berhasil berlabuh di perairan Yunani dekat kota Marathon[ii], sebuah kota Pelabuhan.

Kekuatan Persia begitu besar membuat gentar warga kota di wilayah Yunani. Bagaikan hari kiamat, pendaratan pasukan Persia di teluk Marathon bakal menjadi hari-hari terakhir kemerdekan dan kebebasan bagi warga Yunani. Tak disangka, pasukan Yunani dengan jumlah pasukan tidak seimbang berhasil memukul mundur armada dan infantri Persia.

Kemenangan spektakuler Yunani pada Persia di Marathon perlu disampaikan dengan cepat kepada seluruh warga Yunani untuk mengembalikan moril dan kepercayaan warga Yunani kepada pemerintah kota mereka. Dari medan perang di Marathon diutuslah Pheidippides anak Pheídippos, seorang warga kota Athena, sang kurir harian  atau hemerodrome[iii] yang mendedikasikan diri sebagai pelari professional untuk membawa pesan penting dari satu kota ke kota yang lain.

Ia berlari membawa pesan kemenangan kepada warga Athena. Pesan kemenangan yang dibawa oleh Pheidippides ini dianggap penting bagi Athena dan kota-kota lainnya di Yunani. Peristiwa ini dianggap sebagai momen awal dari kebangkitan Eropa dimasa selanjutnya.

Pheidippides berlari membawa sukacita dan pembebasan dari medan perang kepada warga kota yang sedang dirundung ketakutan atas bayang tiran. Nama sang kurir menjadi satu dari beberapa nama dalam perang Marathon yang mashyur.

Atas aksi heroik sang hemerodrome atau si pelari harian maka jasanya diabadikan dalam perlombaan atletik. Lomba Marathon kemudian diperkenalkan pada olimpiade pertama Athena 1896. Setidaknya kini Olimpiade bukan saja menjadi ajang kompetisi para atlet namun juga menjadi tempat dan waktu bagi setiap negara memperkenalkan kebudayaan, identitas dan masyarakatnya.

Robinson Sampai Socrates Berlari Menyuarakan Kesetaraan

Para penonton di stadion dan pendengar radio di kedai kopi terdiam ketika komentator radio lokal berseru, “Home run ...Jackie got his first home run”.  Jackie Robinson si pendatang baru berhasil melakukan home run pertama dalam karir profesionalnya untuk Brooklyn Dodgers[iv]. Seketika keheningan menyeliputi seisi stadion karena seorang kulit hitam berhasil menaklukan Amerika dengan home run.  Robinson merupakan warga kulit hitam pertama yang berhasil masuk pada klub baseball professional Brooklyn Dodgers.

Pada tahun 1947, setelah beberapa  tahun terlibat dalam ajang kompetisi baseball The Negro Leagues, yakni liga yang diperuntukan pada masyarakat kulit hitam di Amerika. Wesley Branch Rickey[v], sang presiden klub berhasil mendaratkan Robinson ke Brooklyn Dodgers dengan berbagai kontroversi dan penolakan dari panitia Major League Baseball

Pada era Jackie Robinson, Amerika sedang berjuang mengamalkan cita-cita dari para pendiri bangsa untuk menciptakan alam demokrasi yang bebas dari segala bentuk penindasan dan perbudakan. Perjuangan juga dikibarkan oleh para aktivis demokrasi pada saat itu. Jackie Robinson adalah sosok awal dari liga baseball modern Amerika yang berhasil mendobrak sentimen rasial terhadap kelompok kulit hitam.

Lewat kemampuannya ia berhasil melakukan perlawanan rasial di Amerika pada saat itu. Perundungan di lapangan, percobaan pembunuhan dan ancaman menjadi aral dari perjuangan Robinson untuk tetap berada pada liga kompetisi nasional. Sebagai bentuk dedikasinya menyuarakan hak sipil serta kesetaraan, ia terus membuat home run untuk timnya dan tentu saja untuk menunjang perjuangannya menyuarakan ketidakadilan.

Lain halnya dengan Sócrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira[vi], sang jenius dari Brazil. Socrates lahir dari keluarga berada di Sao Paulo, ia tumbuh dalam himpitan kemiskinan masyarakat. Sejak kanak-kanak, Socrates mengamati kedua fenomena sosial itu dalam diam.  Socrates adalah seorang dokter, pemain sepak bola professional dan kapten tim nasional Brazil 1981. Dia menjadi satu dari sedikit atlet dunia yang mencintai ilmu pengetahuan.

Sejak kecil Socraters kecil sudah diperkenalkan dengan buku juga artikel serta tumbuh dengan keyakinan kelak akan menjadi dokter. Kemudian hari cita-citanya berhasil terwujudkan. Memiliki kecerdasan dan pendidikan tinggi membuatnya menjadi berbeda dalam tim. Meski demikian, itu tak membuat dirinya menjadi spesial.

Socrates menjadi satu-satunya pemain sepak bola yang berani menyuarakan kesetaraan dan kesejahteraan bagi setiap pemain dalam tim ketika sepak bola atau olahraga lain mulai dikomersialisasikan.

Saat pertama masuk dalam tim sepak bola Botafogo[vii], Socrates melihat ketidakpastian dalam manajemen klub. Banyak pemain berkulit warna mengalami diskriminasi di lapangan maupun ruang belakang manejemen klub. Ketidakpastian kontrak dan ketimpangan dalam pengupahan pemain menjadi fenomena yang dikomparasikan oleh Socrates sebagai dampak dari kehidupan sosial di luar stadion.

Pemerintah memaksa warga kulit hitam tinggal di pinggiran kota dalam kemiskinan. Lagi, tindakan otoritarian militer sayap kanan Brazil membuat Socrates mulai bersuara. Ia menggunakan popularitasnya untuk memperjuangkan perubahan sosial di negaranya.

Ketika bergabung di klub Corinthians, Socrates memperoleh dukungan dari direktur olahraga Corinthians yang progressif. Konsep kesetaraan mulai diterapkan dalam klub tempatnya bernaung. Socrates menginisiasi gerakan sosial dalam klubnya sendiri, pada kemudian hari dikenal dengan sebutan Corinthians Democracy.[viii]

 Socraters mengkampanyekan konsep egaliter di dalam klubnya. Setiap anggota klub dari direktur hingga kit-man memiliki hak suara, kejelasan kontrak kerja hingga bonus. Perubahan dari kelompok kecil manajemen klub memiliki dampak besar bagi keberlangsungan hajat hidup rakyat Brazil selanjutnya.

Pada saat itu, Corinthians memiliki lebih dari 27 juta pendukung. Melihat revolusi yang terjadi di dalam klub tercinta[ix], sontak sorak serta nyanyian memuji klub kecintaan atas apa yang sudah mereka capai berkumandang setiap kali Socraters dan kawan-kawan turun bertanding.

Kala itu, Corinthians Democracy bukan lagi jadi hymne pujian tetapi berubah menjadi nyanyian kritik dan perjuangan rakyat Brazil terhadap korupsi yang terjadi dalam dunia olahraga maupun oleh pemerintah junta saat itu. Sócrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira tidak saja memikul nama besar seorang filsuf, ia turut memperjuangkan nilai-nilai dari ajaran filsafat sang filsuf.

Olahraga Membawa Pesan Damai

Tak dapat dipungkiri ajang perhelatan olahraga selalu menjadi daya tarik bagi setiap orang untuk berkumpul bukan saja untuk menonton pertandingan. Ajang perhelatan olahraga saat ini sudah melampaui apa yang dikonsepkan terdahulu sebagai tempat adu ketangkasan bagi setiap orang yang terlatih. Perhelatan olahraga kini sudah menjadi tempat perputaran ekonomi, pertukaran budaya, tempat bersosialisasi bahkan sekedar sebagai tempat wisata berswafoto.

Setiap individu melihat perhelatan olahraga sebagai tempat yang ramah baginya gelanggang olahraga kerap jadi tempat rekreasi bagi keluarga yang hendak menghabiskan waktu senggangnya.

Ajang olahraga juga sering disusupi dengan kampanye  dari federasi olahraga yang bertujuan mengajak para pencinta olahraga bersimpati untuk ikut ambil bagian dalam gerakan perubahan sosial yang dikampanyekan. Contohnya kampanye no racism dan fair play ketika menonton sepakbola, atau kampanye run for equality pada cabang marathon.

Pada olimpiade di Rio tahun 2006 Komite Olimpiade Internasional mengambil satu kebijakan penting sebagai bentuk pesan damai kepada dunia. Komite memutuskan menambahkan satu tim dalam kompetisi olimpiade di luar negara-negara perwakilian di seluruh dunia. 

Tim ini Bernama Refugees Olympic Team[x] (ROT) yang beranggotakan atlet dari berbagai negara konflik. Salah satunya adalah Yusra Mardini seorang atlet renang perempuan asal Suriah yang menjadi pengungsi di Jerman setelah berhasil berenang melintasi laut mediterania. Perang sipil dan diskiriminasi terhadap perempuan memaksa Yusra harus keluar dari negaranya untuk  mengejar mimpi dan kehidupan lebih layak.

Terbaru datang dari tim Jerman pada perhelatan piala dunia Qatar. Kesebelasan Der Panzer menutup mulut mereka sebagai simbol pembungkaman. Kampanye ini mengkritisi kebijakan pemerintah lokal yang menolak keras kampanye kesetaraan gender dalam lingkungan masyarakatnya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh para punggawa Iran.  Para pemain menolak menyanyikan lagu kebangsaan mereka sebagai bentuk belasungkawa dan perlawanan terhadap pemerintah yang represif terhadap gelombang demonstran, aktivis dan pejungan hak perempuan di Iran. Pesan ini disampaikan oleh kapten tim Iran; Ehsan Hajsafi yang menegaskan timnya ingin menyuarakan perubahan di dalam negeri[xi].

Berbagai bentuk kampanye yang dilakukan oleh para pelaku olahraga ini merupakan bagian dari rasa kesadaran terhadap kemanusiaan. Sekaligus penolakan terhadap kekerasan dan diskiriminasi. Arena olahraga menjadi tempat paling efektif bagi setiap mereka yang berempati pada kemanusiaan. Sebab, pada prinsipnya ajang olahraga adalah tempat menyampaikan kebebasan dan menyebarkan perdamaian bagi setiap mereka yang tertindas.*** (AM/LekoNTT)



*Penulis adalah Alumnus STFK Ledalero-Maumere dan Relawan J-RUK Kupang. Memilik hobi berkeliling NTT sambil menebar senyuman.








Daftar Pustaka

[i] Dikutip dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_Ionia, akses tanggal: 28-11-2022

[ii] Dikutip dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Marathon

[iii] Dikutip dari: greekboston.com/culture/ancient-history/Pheidippides/

[iv] Grant, Adam, “The Originals”. Jakarta: Penerbit Naura, 2017

[v] Dikutip dari: https://en.wikipedia.org/wiki/Jackie_Robinson

[vi] Dikutip dari: https://thesefootballtimes.co/2020/07/15/the-triumph-and-troubles-of-the-socrates-and-how-he-ended-his-remarkable-career-in-west-yorkshire/

[vii] Ibid.

[viii] Ibid.

[ix] Ibid.

[x] Dikutip dari: https://www.dw.com/id/atlet-tim-pengungsi-olimpiade-terus-bertambah/a-57822933

[xi] https://ntb.jpnn.com/olahraga/3755/pemain-iran-lakukan-aksi-bungkam-di-piala-dunia-2022

 

Related Posts:

0 Response to "Berlari Membawa Pesan Pembebasan dalam Olahraga: dari Robinson sampai Socrates"

Posting Komentar