LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Jembatan di Kampung Sendiri Seusai Seroja - Leko NTT

Jembatan di Kampung Sendiri Seusai Seroja

 

Bencana seroja melanda Nusa Tenggara Timur sejak 4 April 2021. Seroja memporak-porandakan wilayah Kota Kupang dan sekitarnya. Seroja menghancurkan rumah, menghilangkan nyawa, menumbangkan pepohonan hingga membatasi jalan menuju berbagai tempat yang ingin dituju.

Bencana seroja merupakan bencana terbesar semenjak beberapa tahun belakangan. Bagi warga Nusa Tenggara Timur, bencana ini merupakan pukulan berat yang menghantam sendi perekonomiannya. Badai yang melanda Provinsi Nusa Tenggara Timur kali ini merupakan badai terdasyhat sepanjang puluhan terakhir.

Dampak yang terasa bukan saja secara material tetapi juga non-material. Kerusakan fisik dan mental yang terjadi, terasa mengguncang jiwa dan raga manusia-manusia di NTT.

Badai Seroja ini juga turut menghantam salah satu kampung di pedalaman Kabupaten Kupang. Jarak kampung ini dari pusat Ibukota sekitar 30 Km. Namanya Kampung Sendiri.

Kampung Sendiri terletak di RT 17, Desa Pukdale, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Penduduk di kampung ini berjumlah lebih dari 100 jiwa. Rerata pekerjaan penduduk di kampung ini adalah petani. Sehari-hari mereka mengandalkan hidupnya dari hasil pertanian.

Saat badai Seroja mengepung NTT, Kampung Sendiri terisolir karena kali yang menghubungkan kampung ini dengan kampung di sebelahnya mengalami banjir hingga masyarakat kesulitan pasokan bahan makanan dan lain sebagainya.

Kampung Sendiri pernah mengalami banjir pada tahun 2006. Setelah tahun 2006 ada normalisasi kali dari pemerintah. Kemudian, pada tahun 2011 sempat terjadi banjir lagi. Sejak 2011 sampai 2020 karena curah hujan yang jarang, kali tersebut menjelma hutan. Ketika bencana terjadi, air tidak dapat mengalir dengan lancar karena terhalang pepohonan yang tumbuh di sekitar areal kali, dan air naik ke pemukiman warga.

Leksi Delu, Ketua RT 17 Kampung Sendiri Desa Pukdale, Dusun IV, menjelaskan “ada bencana batong sonde bisa berbuat apa ya begini sudah. Dari tanggal 3 sampai tanggal 4 batong paling setengah mati di sini. Beta sebagai RT, semua masyarakat itu datang kepada beta di sini.”

Pasokan listrik ke Kampung Sendiri terhenti sejak adanya Badai Seroja. Selain kekurangan pasokan listrik, tempat ini juga mengalami kesulitan air bersih. Selama masa bencana masyarakat mengonsumsi air mineral-bantuan dari berbagai donatur. Bantuan lain yang diperoleh berupa minyak goreng, dan beras.

Warga Kampung Sendiri terancam kehilangan mata pencaharian sebab sawah yang hampir dipanen telah dilanda oleh badai sejak 4-5 April 2021. Ketua RT bersama masyarakat giat membicarakan sepanjang satu tahun ke depan akan mencari makan ke mana atau di mana. Uang yang tersedia telah dipakai untuk membeli pupuk, obat dan lain sebagainya.

"Setelah panen itu, kami akan tanam kurus (lombok, red) jagung, tomat, dan lain-lain. Yang dibutuhkan sekarang ini air bersih, sabun, dan odol. Kami akan susah karena kehilangan mata pekerjaan. Sawah yang sementara menghijau sudah rusak semua. Selokan untuk mengalirkan air pun telah putus. Jadi kalau tidak ada perhatian dari pemerintah ke depan untuk memperbaiki yang rusak, katong sonde akan ada pekerjaan lagi.” terang Leksi Delu.

Jembatan yang dibangun awalnya adalah swadaya masyarakat. Jembatan itu berupa bangunan semen yang melintasi permukaan kali.

Pada tahun 2010, masyarakat mengerjakan jembatan penghubung secara swadaya. Saat mengerjakan jembatan sederhana bertepatan pula dengan pembangunan bendungan. Masyarakat setempat bernegosiasi dengan kontraktor untuk menyumbangkan semen sebanyak 10 sak agar dapat membantu pekerjaan jembatan secara swadaya.


Menurut Kepala Desa Tetebudale, Okto Lesiani, angin seroja yang melanda desa pada hari Sabtu itu, tidak menimbulkan kerusakan berat. Badai yang datang di hari berikutnya, itulah yang menimbulkan banyak kerugian. “Bencana susulan itu yang berat, rumah-rumah hanyut dan rata dengan  tanah. Rumah yang rusak itu ada 605 yang rusak dari 127 KK,” terang Kepala Desa.

Untuk pelayanan di sebelah kali, pemerintah desa setempat memyuplai beras, sayur-sayuran dan dapur. Salah satunya di Posko yang terdapat di Gereja GMIT, Jemaat Mizpa Tetebuddale. Aktivitas posko menerima bantuan pada pagi dan siang hari, sementara masyarakat yang terdampak bencana tetap beraktivitas seperti biasa memperbaiki rumah yang rusak dan hancur.

"Sembako sejauh ini masih tercover, obat-obatan juga. Kita manfaatkan di depan desa. Termasuk yang dari luar, LSM mendatangkan obat-obatan. Sejauh ini kita gotong-royong, kita tunggu bantuan dari pemerintah. Kita upayakan segala hal tidak ada. Sejauh ini kita sudah Musrembang tapi belum ada hasil. Itu ada 31 rumah yang terdampak," tutup Oktovianus.

Penulis: Ardy Milik

Related Posts:

0 Response to "Jembatan di Kampung Sendiri Seusai Seroja"

Posting Komentar