LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Dialog HPI, Oknum Aparat Pemdes Oenbit Terlibat Palak, Salah Satu 'Korban' Pastor - Leko NTT

Dialog HPI, Oknum Aparat Pemdes Oenbit Terlibat Palak, Salah Satu 'Korban' Pastor


Oenbit, LekoNTT.com - Himpunan Pelajar Insaka (HPI), Ekafalo, Insana, Timor Tengah Utara mengadakan dialog bersama Pemerintah Desa (Pemdes) Oenbit pada Senin (2/3/2020). Bertempat di Kantor Desa Oenbit, perwakilan HPI bersama Pemdes Oenbit membahas persoalan yang meresahkan masyarakat beberapa pekan lalu.

Dialog tersebut sebagai tindak lanjut atas surat Permohonan Dialog dengan nomor:  01/BPH/HPI/B-II/II/2020 tertanggal  28 Februari 2020. Dalam isi surat, HPI fokus membahas tindakan palak yang melibatkan sekelompok orang, salah satu di antaranya oknum Kepala Dusun, aparat Pemdes Oenbit. Palak dimaksud terjadi pada Rabu (19/2) di Jalan Trans Timor, Oenbit, kurang lebih 200 meter dari Kantor Desa Oenbit.


Sore sekitar pukul 14.50 Wita pada hari tersebut, pohon putih tumbang, melintangi 'badan' jalan raya, antrian kendaraan 'panjang', lalu lintas macet. Menyikapi kejadian itu, sekelompok orang yang adalah masyarakat Desa Oenbit memotong batang dan ranting-ranting pohon agar arus lalu lintas kembali normal.

Kesempatan itu kemudian dimanfaatkan untuk 'meminta' sumbangan berupa uang kepada para pengguna jalan raya, terutama yang sedang berkendaraan. Aksi tersebut berlangsung hingga malam hari sekitar pukul 22.00 Wita. Itu pun setelah ditegur oleh seorang 'korban' yang adalah Pastor Keuskupan Atambua, Romo Mundus Sako, Pr, Deken Dekenat Malaka.

Romo Mundus kesal dan sempat menegur secara tegas karena aksi para pelaku terkesan memaksa, sebab sudah terpengaruh minuman beralkohol. Aksi tersebut kemudian diketahui pihak Kepolisian Sektor Insana, para Pastor dan umat Paroki Kiupukan, Pemdes dan masyarakat Oenbit.

Kabar terkait aksi palak di Oenbit kemudian menyebar hingga jadi perbincangan di kalangan mahasiswa Universitas Timor (Unimor), Kefamenanu. Beberapa mahasiswa asal Oenbit yang sementara kuliah di Unimor pun jadi pusat perhatian. Akibat lebih jauh, HPI yang adalah pelajar asal Insaka, Ekafalo turut 'menanggung' beban sosial. Beban itulah yang menghendaki HPI membangun dialog bersama Pemdes Oenbit.

Sesarius Ryadi Natun, Ketua HPI, kepada LekoNTT.com mengatakan, ia bersama anggotanya menjadi 'bahan' pembicaraan di kampus akibat aksi palak tersebut. "Kami (HPI) selalu jadi sorotan teman-teman mahasiswa di sana (Unimor). Dong bilang, kamu punya desa biasa bikin begitu ka? Kami jadi beban batin. Lagian pelaku bukan kami, tapi sebagai anak asli Oenbit, kami juga punya tanggung jawab, makanya kami bersurat," ungkap Sesarius, mahasiswa Jurusan Biologi, Unimor.

Ia juga menuturkan, salah satu tujuan dari dialog bersama Pemdes adalah pemulihan nama baik Oenbit. Menurutnya, aksi demikian bukan tipe orang-orang Oenbit. Tetapi aksi para pelaku telah membuat 'cacat' nama dan masyarakat Desa Oenbit.


HPI melalui Sesarius menilai, Pemdes Oenbit telah gagal membina masyarakat, secara khusus oknum Kepala Dusun, aparat pemerintah setempat. Selain itu, Pemdes Oenbit belum punya kesadaran atau lamban untuk menyampaikan permohonan maaf secara terbuka. "Sebagai pemerintah kan seharusnya beri teladan yang baik. Bagaimana masyarakat mau bertindak baik kalau oknum pemerintah saja sudah buat begitu," ungkap Seserius.

HPI berharap, para pelaku segera dibina dan sosialisasi dari Pemdes ke masyarakat perlu dilakukan secara rutin agar tidak terjadi lagi aksi semacam itu. Permintaan maaf kepada para korban, dalam hal ini Romo Mundus sebagai sosok yang dikenal masyarakat dan umat setempat perlu dilakukan.

Menanggapi dialog tersebut, Pemdes Oenbit menyanggupi permintaan HPI. Dalam rencana, binaan kepada para pelaku akan dijalankan dan dalam waktu dekat Pemdes akan memfasilitasi para pelaku untuk menyampaikan permohonan maaf.

"Sebagai pimpinan wilayah pasti saya tanggung jawab dengan segala aktivitas yang merugikan," ungkap Marselus Taoe, Kepala Desa Oenbit (Dok. dialog HPI). Ia pun mengungkapkan, palak yang terjadi di wilayahnya adalah tindakan ilegal dan memalukan.  'Minta uang' di jalan umum dalam aksi palak, dilarang.

"Saya lebih disorot. Banyak kalangan, pihak Gereja, Pastor Paroki, orang tua di kampung, tanya saya soal aksi memalukan itu".

Pemdes Oenbit telah mengantongi 19 nama pelaku, termasuk oknum aparat desa. Pemdes dalam rencana akan memanggil para pelaku untuk dibina. Selain itu bekerjasama dengan pejabat Gereja Paroki Kiupukan untuk memfasilitasi para pelaku menyampaikan permintaan maaf kepada Romo Mundus, salah satu korban palak. "Secepatnya, di bawah tanggal 10 Maret, pasti kami sudah ke Betun (tempat tugas Romo Mundus, red), dan itu pasti".

Marselus juga menegaskan kalau tidak akan terjadi aksi yang sama di wilayah Desa Oenbit. Pemdes akan menindak tegas para pelaku palak. "Selagi saya masih jadi pemimpin, saya tidak mau kejadian ini terjadi lagi untuk kedua kalinya. Saya jamin. Kalau ada aparatur yang berbuat di luar konteks saya, berarti dia keluar dari sini (Struktur Pemdes Oenbit, red), karena itu memang memalukan".

Sedangkan Romo Mundus, ketika dihubungi redaksi melalui nomor kontak pribadi, hingga saat ini belum mengkonfirmasi ataupun memberi tanggapan media. (red)

Foto: HPI

Related Posts:

0 Response to "Dialog HPI, Oknum Aparat Pemdes Oenbit Terlibat Palak, Salah Satu 'Korban' Pastor"

Posting Komentar