LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Perjamuan Pagi - Leko NTT

Perjamuan Pagi

 Oleh: Lianna Putri Sri Musniawati*


Ilustrasi: Delphin Enjolras (Prancis, 1857-1945).

LEKO NTT - Tiga orang perempuan asing duduk di kursi rotan, menghadap satu meja bundar dengan tiga cangkir kopi panas tersaji di atasnya. Mereka mulai berceloteh tentang mimpi. 

Perempuan berwajah ramah, yang di negerinya sedang terjadi wabah besar-besaran, mengawali kisah.

"Aku bermimpi, rekan kerjaku mendadak diserang flu dan gatal-gatal di kepala saat kami sedang menghadiri sebuah rapat kerja yang dipimpin oleh Yang Mulia Pemimpin Kami." 

Dua perempuan pendengar tubuhnya bergidik. 

Lantas perempuan cantik yang parasnya menjadi sayu semenjak ditinggal mati anaknya menyambung cerita.

"Semalam sebuah mimpi kembali pertemukan aku dengan anakku. Lama tinggal di surga, dia tampak semakin tampan." Mata perempuan itu berkaca-kaca. 

Dan dua perempuan pendengar matanya ikut berkaca-kaca. 

Tiba giliran perempuan terakhir menuturkan bunga tidurnya. Mukanya terlihat paling murung dan mengantuk dan mengundang rasa iba.

"Aku baru saja kehilangan banyak hal yang aku cintai, dan karenanya kupikir mestinya aku bergegas mati." 

Dua perempuan pendengar menjulurkan masing-masing satu tangan mereka untuk mengusap lembut punggung si penutur mimpi terakhir. 

"Tapi nyatanya aku belum becus menerima mati bahkan dalam mimpi sekalipun," ia melanjutkan.

"Semalam aku terbangun dua kali, beberapa mimpi menarasikan jalan kematian paling gelap namun aku terus melawan, dan perlawananku itu pada akhirnya selalu membuatku terjaga dalam keadaan tegang dan linglung belaka." 

Mereka bertiga sejenak diam. Memandang lurus ke arah meja.

Tiga cangkir kopi telah mendingin dan dikerubuti semut. Tapi mereka tetap bersulang dan menenggak kopi dingin bertabur semut itu sampai habis. 

Matahari kian ke tengah. Dari sisa ampas kopi terakhir yang berhasil mereka jilat, terbit kesepakatan: mimpi hanyalah manifestasi dari apa yang di dunia nyata sedang mereka tekan dan pikir dalam-dalam dan masa depan masih bersembunyi di balik ketiak Tuhan. 

Tiga orang perempuan asing beranjak dari kursi rotan, menghadap arah jalan pulang mereka masing-masing.***

Semarang, 13 Februari 2021

*Lianna Putri Sri Musniawati, manusia kelahiran 12 November 1998 yang menyukai sastra dan kegelapan.

Related Posts:

0 Response to "Perjamuan Pagi"

Posting Komentar