LekoNTT.com: Membaca Dahulu, Berkomentar Kemudian
Komentar Para Laboran Atas Surat Salah Prosedur Terkait Penutupan Lab Biokesmas NTT - Leko NTT

Komentar Para Laboran Atas Surat Salah Prosedur Terkait Penutupan Lab Biokesmas NTT


Kadang untuk menemukan kebijaksanaan kita perlu belajar dari mereka yang muda. Kerja anak-anak muda ini tak bisa dipandang sebelah mata. Tak jarang mereka bekerja dari pagi hingga pagi lagi. Mulai dari jam 10 pagi dan selesai jam 3 pagi keesokan harinya.

Semangat untuk memberi yang terbaik di masa pandemi mereka tunjukkan dalam kerja rutin lebih dari satu tahun terakhir, terhitung sejak persiapan di pertengahan Bulan Juni 2020. Tidak kurang 80% laboran yang bekerja di laboratorium ini adalah lulusan dari Universitas Nusa Cendana, dan mereka sudah memeriksa 15 ribu sample dengan kombinasi metode pool test yang melayani buruh migran, warga difabel, pekerja kemanusiaan, anak sekolah, pasien darurat medis, para dokter dan perawat, dan para pegawai di berbagai instansi.

Berikut ini adalah komentar para laboran Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT (Lab Biokesmas Provinsi NTT):

Jack Alfren Frans, Fakultas Sains dan Tehnik Kimia Undana (2012)

Waktu beta baca, beta kesal dan emosi. Undana itu institusi yang penuh dengan orang-orang pintar, tapi kepintarannya itu tidak sejalan dengan tindakan yang dilakukan. Orangnya sampai S2 dan S3, harusnya kepintarannya itu dipakai sama-sama untuk bangun Undana, dan bantu masyarakat.

Hilda P. Mantut, Fakultas Sains dan Tehnik Biologi Undana (2020)

Kebanyakan yang dipaparkan Rektor Undana ke media tidak sesuai fakta, tidak ada kerja sama. Sejak awal kita minta Undana untuk kirim SDM untuk pelatihan di laboratorium tapi hanya datang satu orang dan kemudian hilang. Terkait permintaan Rektor Undana agar dokter patologi klinis untuk menandatangani surat hasil PCR Pool Test, apa mungkin itu dilakukan oleh seorang dokter patologi klinis yang tidak mengakui pool test.

Saya rasa ini sangat konyol sekaligus kasihan. Tidak mungkin kita sudah periksa 15 ribuan sample, dan sekarang baru minta izin. Kenapa baru tanya sekarang? Seharusnya Rektor itu tahu bahwa ini situasi pandemi. Dalam situasi pandemi tidak ada yang memperebutkan aset. Kenapa tidak duduk baik-baik dan kerjasama? Tindakannya tidak wajar. Sebagian besar kami dari sarjana sains, ijazah itu hanya kertas, tapi soal skill kita bisa uji.

Kami yakin tidak banyak orang yang mau kerja dari pagi hingga pagi di luar sana. Kami tidak pikir diri sendiri, kami pikir masyarakat. Kami perlakukan setiap sample seperti keluarga kami sendiri yang mungkin sakit. Kami datang dengan latar belakang yang berbeda, dengan hati yang sama, untuk melayani masyarakat NTT. Raga kami ada untuk masyarakat NTT.

Angela R. Maria Poe, Fakultas Sains dan Tehnik Biologi Undana (2019)

Saya merasa terganggu sebab kita sudah melayani banyak masyarakat NTT, tetapi kenapa baru sekarang menjelang pemilihan rektor baru muncul isu ini, ada apa? Puncaknya hari ini ada surat penutupan laboratorium. Ada beberapa hal yang dipermasalahkan. Laboratorium ini diresmikan oleh Menteri Kesehatan, kenapa soal izin malah ditutup pemerintah kota Kupang. Ini ambisius. Katanya tidak ada yang punya STR? Analis. Padahal nyatanya kita punya.

Samrit Edison Kause, Fakultas Sains dan Tehnik Kimia Undana (2017)

Sejak awal laboratorium ini kolaborasi tiga pihak: Forum Academia NTT, Pemerintah Provinsi dan Undana. Sejak awal saya tidak melihat ada dukungan yang baik dari Undana. Sejak November 2020 saya tidak melihat kerja sama yang baik dari Undana. Saya kaget ini sedikit lucu. Kalau Pak Rektor mau tutup, harusnya Gubernur yang tutup, bukan rektor. Dukungan Undana juga kecil sekali cuma 0,1 %, itu menunjukkan tidak ada dukungan yang baik dari Undana.

Theodor Caesar, Fakultas Sains dan Tehnik Kimia Undana (2010)

Menurut beta mempertontonkan bahwa seorang akademisi tidak bersikap akademisi, seharusnya jika saya sebagai Rektor saya akan melibatkan mahasiswa untuk terlibat dalam laboratorium. Terkait surat Dinas Kesehatan Kota Kupang, Dinas Kesehatan Kota Kupang sedang mempermalukan diri mereka sendiri, sebab pada surat tanggal 23 Oktober 2020 itu ada surat dari Litbangkes Kementrian Kesehatan kepada Dinas Kesehatan Kota.

Jadi kalau tidak tahu itu aneh. Bahkan 19 Oktober 2020 itu ada surat dari Gubernur NTT. Selain itu ada Permenkes bahwa ahli biomolekuler bisa mengepalai laboratorium. Ini hanya arogansi professor. Jika ingin menguasai setidaknya ada akademisi yang menguasai pemikiran ini. Selain itu terkait poin pengolahan limbah, jika tidak dikelola limbahnya, lalu mengapa Undana membayar biaya pengolahan limbah. Undana sedang mencari-cari cara tanpa berusaha. Ini sangat memalukan.

Sisilia Blegur, Fakultas Sains dan Tehnik Biologi  Undana (2021)

Saya baru masuk, saya tidak tahu kronologi. Mereka datang tanpa permisi, mereka cek-cek sampai ke sini. Undana itu universitas besar, seharusnya tidak perlu merasa terganggu dengan Lab Biokesmas NTT sebagai laboratorium baru. Dan orang ini orang besar, dengan pendidikan yang bagus. Mereka kekanakan, mereka tidak ikut kerja, tapi mau punya. Itu lucu. Semua hal di sini tidak ada atas nama Undana, kecuali gedung dan kursi. Lab Biokesmas itu ada karena inovasi Bu Fima. Lalu kenapa mau tutup? Kalau tidak tahu apa yang dikerjakan, kenapa mau tutup?

Heri Arianto Ipi, Fakultas Sains dan Tehnik Kimia Undana (2018)

Soal penanganan limbah itu kita dibilang tidak sanggup, padahal kita sudah bersurat ke Dinas Lingkungan Hidup dan Undana yang bayar. Kalau memang kita tidak bisa Kelola dan urus limbah seberat 450 Kg, mengapa Undana yang bayar? Itu menjilat ludah sendiri.

Yohani A. Selan, Fakultas Bioteknologi Universitaa Kristen Duta Wacana (2019)

Beta sendiri sangat kecewa dan marah. Bagaimana nasib masyarakat yang butuh PCR gratis? Nasib mereka akan bagaimana? Begitu banyak orang susah yang datang dan memohon diperiksa. Seluruh dokumen pendirian laboratorium itu ada dasarnya. Poin-poin itu sudah jelas sejak awal. Surat rektor dan dinas kesehatan kota yang datang itu amat tidak tepat. Harusnya akademisi itu bisa berpikir dan ambil kebijakan yang tepat.

Lintang A. Dima, FKIP Biologi Universitas Kristen Artha Wacana (2020)

Saya jengkel sekali tapi sekaligus rasa lucu. Beta seperti nonton sinetron Azab-nya Indosiar. Yang menunggu kapan azab tiba. Selama bekerja di sini, orang tua beta juga mendoakan pelayanan ini. Beta tahu ini laboratorium adalah wadah yang disediakan Tuhan untuk melayani. Tapi beta juga tahu untuk bekerja di jalan Tuhan tidak ada yang mulus. Beta percaya ini lah jalan Tuhan untuk melakukan pelayanan. Di sini kita benar-benar dilatih. Kami lihat kakak-kakak meski sudah ditunjuk-tunjuk tapi masih bisa bersabar. Saya cuma menunggu apa pesan Tuhan untuk mereka.

Ermi Sustika Remijawa, FKIP Biologi Univ.Kristen Artha Wacana (2019)

Kalau dari beta, ini sangat lucu. Poin yang mereka sampaikan tidak masuk akal, karena semua yang sudah disampaikan sudah ada dasarnya. Soal nama, apa lah arti sebuah nama, ketika laboratorium itu tidak bermanfaat untuk orang lain? Sebab kalau mau jujur laboratorium ini tidak menguntungkan kami sama sekali secara pribadi. Semua ini demi semua masyarakat untuk mendapatkan hak yang sama. Agak miris setelah periksa 15 ribu sample dengan validasi dari Kemenkes, baru ada yang mau klaim. Saya ingat, waktu saya mau pinjam remote AC di Undana, mereka malah minta suruh pinjam remote AC ke Dinas Kesehatan Provinsi NTT. Wajarkah kini Undana kini mau ambil alih laboratorium?

Remi Oeleu, Akper Maranatha (2012)

Kalau mau tutup kemana masyarakat mau pergi? Lab Biokesmas sangat didukung masyarakat, kalau mau ditutup kemana mereka ini? Ini hanya soal keegoisan demi kepentingan pribadi. Demi pergantian rektor semata. Selama di sini saya lihat masyarakat puas. Terkait tanda tangan dokter, kita di sini Cuma memeriksa sample. Aset negara itu mau diambil alih, memangnya itu untuk kepentingan siapa? Menurut pengakuan Gubernur di sini anaknya bagus-bagus. Bahkan kita di sini juga mampu Kelola database pendonor plasma darah. Mereka yang positif kita minta untuk mendonorkan darah jika sudah sembuh. Kita ini layani bukan Cuma di Timor saja, bahkan kita layani permintaan plasma darah dari Sumba.

Fima Inabuy, Fakultas Biologi ITB (2006)

Beta ingat kata-kata Bapak soal ‘to have’ dan ‘to be’. Semua orang bisa mendapatkan aset negara ini, ini bukan soal kepemilikan tapi itu untuk apa? Ini poin penting soal aset. Seharusnya aset negara itu dipakai seluas-luasnya dan sehemat-hematnya demi kepentingan orang banyak.

Related Posts:

0 Response to "Komentar Para Laboran Atas Surat Salah Prosedur Terkait Penutupan Lab Biokesmas NTT"

Posting Komentar